Di tengah pagi yang mendung di akhir Juni yang basah, saya menyapu pandang pada titik air yang belum beranjak dari dedaunan pucuk merah. Semalam hujan memang mengguyur kota dengan deras. Menyisakan kubangan air di jalanan tak beraspal di depan rumah.
Bagi warga Kota Palu yang terik ini, pagi yang basah ini adalah berkah dari Tuhan. Saya pun menganggapnya begitu. Secangkir kopi panas dan sepiring nasi goreng yang hangat harus tersaji. Kata orang, ini adalah cara menghargai cuaca.
Tiba-tiba selintas ingatan pada baliho pasangan Anwar Hafid dan Sigit Purnomo di ujung Jalur Dua Mohammad Yamin Palu menarik hati saya.
Saya pun membuka laman situs pribadi (https://jafarbuaisme.com) dan Palu Ekspres (https://paluekspres.fajar.co.id). Saya membaca kembali profil keduanya dari tulisan lama saya di kedua laman situs itu.
Olehnya pagi ini, saya mengajak Anda semua membincangkan Anwar Hafid dan Sigit Purnomo sembari ditemani secangkir kopi panas dan sepiring pisang goreng. Oleh karena Covid-19 ini membatasi ruang temu muka kita, cukuplah perbincangan ini saya antarkan melalui laman situs saya.
Mari memulainya dari Anwar Hafid. Bagaimana pula jejak langkahnya? Sosok ini tergolong pejabat yang membumi. Dua periode ia memimpin Kabupaten Morowali dengan sejumlah program pro rakyat.
Sosok lelaki yang suka berkopiah hitam ini lahir di Wosu, Bungku Barat, Kabupaten Morowali, pada 14 Agustus 1968 dari pasangan H. Abdul Hafid dan Hj. Misrah. Mantan Asisten Bagian Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini beristrikan Nirwanti Bahasoan.
Anwar mengawali kariernya di dunia politik pada 2007 saat memenangkan pemilihan Bupati Morowali. Kesuksesan di periode pertama memimpin Morowali kembali mengantarkannya untuk memimpin Morowali di periode kedua (2013-2017).
Pada periode pertama kepemimpinannya di Morowali antara 2007-2012, dia menggulirkan sejumlah program pro rakyat. Yang paling menonjol adalah program Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis yang dimulai pada 2008.
Saat periode kedua pada 2013 – 2018, program itu terus digulirkan. Kali ini diperluas hingga Kuliah Gratis bagi putra-putri Morowali yang berprestasi.
Sebelum tahapan pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah bergaung 2015 silam dihelat, namanya memang sudah disebut sebagai salah satu calon. Namun urung, sebab ia memilih melanjutkan periode kepemimpinannya di Morowali. Barulah kini ia memantapkan diri maju.
Sebagai politisi, ia adalah pimpinan partai berlambang Bintang Mercy. Sempat diganti pada 2015, namun kembali terpilih pada 2016 sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sulteng.
Orang tua Anwar, termasuk yang memerhatikan pendidikan. Setamat SMA Negeri 1 Poso pada 1987, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Setamat dari Unhas, ia kemudian meniti karir sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur hingga posisi Asisten.
Meski saat ini, Saat ini, Ia adalah pengisi kursi ke-5 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Daerah Pemilihan Sulawesi Tengah sudah bulat hatinya untuk maju bertarung. Mantan Bupati yang pernah mencanangkan program Shalat Berjamaah di kantor-kantor pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Morowali ini meraup 57.437 suara pada Pemilu 2019 lalu.
Bulat tekadnya itu sudah ditunjukkannya dengan menggandeng Sigit Purnomo Said. Panggilan Pasha Ungu lebih populer tinimbang nama aslinya, Sigit Purnomo Said. Wakil Walikota Palu ini sosok yang sejak 27 Juli 2015 saat dia memutuskan terjun ke dunia politik sudah menarik perhatian.
Namanya sejak awal disebut-sebut berpeluang besar menjadi salah seorang bakal calon wakil gubernur Sulawesi Tengah. Semula ia digadang-gadang akan mendampingi Mohammad Hidayat Lamakarate atau Ahmad Hi. Ali, namun kini sudah disunting Anwar Hafid. Mohammad Hidayat Lamakarate pun sudah mantap berpasangan dengan Bartholemeus Tandigala.
Bagaimana pula Sigit atau Pasha ini? Saya pribadi tak akrab dengannya. Saya baru berkesempatan bersama dia saat Rumah Sepeda, salah satu kelompok pesepeda di Palu menemaninya menyusuri jalanan di Kota Palu. Dan saya turut bersama mereka. Itu jauh hari sebelum tsunami melumat habis Soki-soki, spot wisata kuliner di bawah bentangan Jembatan Teluk Palu.
Sapaan khasnya: “Bro,” bila ia menyapa sesiapapun yang ditemuinya. Saya sempat merekam gayanya itu saat menyapa juru parkir di Anjungan Teluk Palu ketika itu. Wakil Kepala Daerah yang seorang musisi ini memang menampilkan sesuatu di luar kelaziman.
Begitu pula saat ia makan nasi kuning berbungkus daun pisang di Soki-soki, Kampung Kaili, Teluk Palu. Santai tanpa beban keprotokoleran. Staf protokolernya pun tak kaku. Bahkan cenderung memberi ruang luas bagi dia untuk bersosialisasi.
Lelaki yang lahir di Donggala, 27 November 1979 tampil hampir-hampir nyeleneh. Kedua pangkal lengannya dihiasi tattoo. Ada pula di pangkal kakinya. Tapi menurutnya, selama kewajibannya tidak terabaikan, semua itu bukanlah masalah.
Hanya saja bila ada yang menyebut dia emosional, bisa jadi. Sekali kesempatan itu saya menyaksikan dia bersuara keras pada stafnya yang lupa di mana satu telepon genggamnya disimpan.
Penampilannya pasca bencana dahsyat meluluhlantakan Padagimo – Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong, 28 September 2018 lalu juga menarik perhatian. Dengan pakaian dinas lapangan Satuan Polisi Pamong Praja, ia terlihat menyingsingkan lengan mendistribusikan bantuan sandang pangan kepada warga terdampak. Ada yang bilang itu pencitraan, tapi Pasha tak ambil pusing.
Pasha memang pemimpin zaman milineal. Lelaki beranak tujuh ini memang penuh gaya dan warna. Kita kadang-kadang memang sesekali harus bertemu dengan pemimpin yang out of box macam ini.
Dia tercatat dua kali menikah. Pernikahan pertamanya dengan Okie Calerista Agustina. Dari Oki ia beroleh Keisha Alvaro Putra Sigit, Shakinah Azalea Napasha dan Nasha Anaya Putri Valentina Pasha
Pernikahan keduanya dengan mantan pramugari, Adelia Wilhelmina melahirkan Dewa Hikari Zaidan Ibrahim, Sakha Dyandra Sultan Yusuf, Aliyan Akhtar Raja Sulaiman dan Princess Kayla Mutiara Pasha.Putra dari H. Syamsuddin Said dan Hj. Andi Bumbeng ini sejak awal tampil agak nyeleneh bagi ukuran pejabat. Banyak aksinya memantik kontroversi.
Mulai dari marah-marah saat apel pagi, memakai banyak emblem di baju yang dipakainya, konser di Singapura hingga rambut skin fadenya. Tapi selalu saja kemudian kabarnya seperti angin bertiup.
Dengan alat ukur sederhana, khalayak dapat membaca peluang besar kemenangan Anwar Hafid bila didampingi Pasha. Selain popular, tingkat elektabilitasnya pun sudah teruji pada Pemilihan Walikota Palu 2015 lalu. Begitu pun Anwar Hafid, meski memimpin di Morowali, namanya bergaung di seantero Sulawesi Tengah.
Dengan berkelakar, kawan saya dari salah satu jaringan pemenangan calon lain berkelakar, “Kalau ada calon gubernur berpasangan dengan Pasha, timnya bakalan tak susah-susah kampanye. Ganti saja kampanye dengan konser musik. Artisnya tentu saja Pasha.”
Ia melanjutkan, “coba kita lihat kampanye dengan menghadirkan artis, apalagi diisi dengan lagu dangdut, bakal tumpah ruah massa kampanye kita. Bila sudah begitu, kita mudah menyisipkan pesan-pesan kampanye sesuai dengan visi dan misi kita.”
Artinya banyak pihak berpendapat, peluang kemenangan pasangan Anwar Hafid – Sigit Purnomo ini sangat besar. Tinggal tim kampanyenya yang harus pandai mengelola materi, isu dan publikasi media.
Pasangan yang mereka hadapi bukanlah kaleng-kaleng, ada Rusdy Mastura – Ma’mun Amier dan Hidayat Lamakarate – Bartholemeus Tandigala.
Tinggal dukungan partai yang ditunggu pekan-pekan ini. Sedang Rusdy – Ma’mun sudah pasti didukung oleh Partai Nasional Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai keadilan Sejahtera. Total mereka mengumpulkan 17 kursi dukungan.
Lalu bila tak ada aral Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasiomal mendukung pasangan Anwar – Sigit. Sedang Hidayat – Bartho selain sudah pasti didukung Gerindra, sekarang sedang menanti PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan. Adapula isu berhembus bila PDI Perjuangan akan mendukung Anwar – Sigit.
Kemana bandul politik bergulir? Kita tunggu saja arahnya. Yang jelas Komisi Pemilihan Umum sudah menetapkan jadwal pemilihan kepala daerah. Pada 28 Agustus – 3 September 2020 tahapan pendaftaran calon sudah dibuka. Pemasukan berkas pada 4 – 6 September 2020 dan penetapan pasangan calon pada 23 September 2020. Artinya sebelum itu, semua dukungan partai sudah final.
Sekarang, ayo kita minum kopinya sebelum dingin. Tak enak pula bila pisang goreng tak lagi hangat. ***