Oleh: Jafar Bua*
Di tengah perdebatan perlunya darurat sipil atau karantina wilayah bahkan lock down diberlakukan Pemerintah Indonesia, menarik menyimak tulisan Vivian Ng, mantan Perwira yang berdinas selama 17 tahun di Singapore Navy – Angkatan Laut Singapura.
Ia menulis di The Diplomat – https://thediplomat.com – terkait bagaimana Angkatan Bersenjata di negara berjuluk Red Little Dot itu terlibat aktif dalam ‘Perang Covid-19’
Ia mencatat bagaimana Singapore Armed Forces – Angkatan Bersenjata Singapura – tak hanya melakukan tugas-tugas penting terkait pertahanan dan keamanan di negara kota itu. Kehadiran mereka adalah bagian yang kuat dari pertahanan psikologis bangsa melawan wabah Coronavirus Disease 2019.
Saya menyarikan sebagian dari tulisannya itu untuk menjadi referensi kita.
Seperti diketahui, penyebaran virus corona baru dan penyakitnya yang dibawanya ini telah membawa dampak signifikan bagi perdagangan global dan perjalanan wisata. Elemen Pemerintahan Negara Bangsa itu pun bergegas menanganinya. Respon cepat negara kecil ini pun menuai pujian dunia internasional.
Sebagai kota multibangsa dengan bandar udara dan pelabuhan laut terkemuka di dunia, Singapura dilawati jutaan pelancong saban tahun. Menambah keriuhan 6,5 juta penduduknya.
Sejak kasus pertama COVID-19 dilaporkan pada 23 Januari 2020, mari lihat tanggapan Singapura, termasuk bagaimana militer Singapura berkontribusi dalam mencegah penyebaran COVID-19.
Sebelumnya, pada 2 Januari 2020, Kementerian Kesehatan Singapura mengeluarkan amaran pertamanya terkait wabah ini. Pemeriksaan suhu tubuh di Bandara Internasional Changi Singapura diumumkan. Ini diikuti oleh pembaruan amaran saban hari. Ini menunjukkan bahwa Departemen Kesehatan terus mengontrol dan mengawasi situasi terkini di Wuhan, Tiongkok darimana virus baru ini dinyatakan berasal.
Kebijakan isolasi ketat dilakukan sejak kasus pertama. Pelacakan pun dilakukan untuk mendeteksi kasus Covid-19 dan mencegah penyebarannya di negara kota ini.
Isolasi lokal pun diberlakukan atas kontak dengan kasus pertama Covid-19. Langkah Isolasi kasus potensial dilakukan tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di asrama universitas, lalu distribusi masker ke masyarakat umum, dan pelarangan wisatawan dari negara-negara dengan kasus COVID-19 yang luas.
Seluruh elemen Pemerintah Singapura terlibat dalam penanggulangan wabah ini. Warga Singapura diberi panduan tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri dan membatasi penyebaran penyakit.
Respons cepat Singapura mengakibatkan penyebaran COVID-19 dapat dikontrol lebih dini. Mengapa bisa? Sementara negara ini termasuk kota dengan populasi padat dan interaksi antarbangsa yang sangat riuh.
Vivian Ng mengaitkannya dengan langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh satuan tugas multi-kementerian yang dibentuk untuk menangani COVID-19. Faktor lain adalah upaya pemerintah Singapura untuk menghilangkan rasa takut, seperti saat pemerintah berhasil meyakinkan publik tentang persediaan kebutuhan pokok selama periode singkat panic buying yang sempat terjadi di awal wabah ini diketahui.
Sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meyakinkan masyarakat, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF – Singapore Armed Force) – dipanggil untuk mendukung distribusi masker medis kepada masyarakat. Sebuah tim yang terdiri dari 1.500 dari SAF bekerja sepanjang waktu untuk mengemas masker medis sehingga dapat diangkut ke pusat-pusat distribusi di seluruh Singapura tepat waktu untuk mulai distribusi pada 1 Februari.
Personel SAF juga membantu memantau penumpang di Bandara Changi dan membuat call center untuk mendukung pelacakan kontak-kontak yang diduga terpapar Covid-19.
Ini bukan pertama kalinya SAF dipanggil untuk membantu dalam kondisis kontingensi domestik. Selama wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2003, personel medis SAF dikerahkan untuk membantu dalam skrining medis di Bandara Changi . SAF juga dikerahkan untuk melakukan pelacakan kontak. Ketika kebakaran hutan yang meluas di Indonesia mengakibatkan kabut tebal di wilayah tersebut, termasuk Singapura, SAF ditugaskan untuk mendistribusikan 200.000 masker ke rumah tangga rentan terpapar kabut dan penyakit ikutannya.
Dalam hal efisiensi, SAF adalah pilihan yang jelas bagi pemerintah Singapura selama kontinjensi tingkat nasional tersebut. Seperti lazimnya Tentara, kesehatan mereka, kesiapan personil dan rantai komando yang jelas, membuat mereka dapat dengan mudah dikonfigurasikan ke dalam beberapa unit skala yang berbeda untuk berbagai misi. Rantai komando memungkinkan informasi dan perintah untuk dengan mudah mengalir naik, turun, dan lintas unit, memungkinkan SAF secara keseluruhan merespon dengan cepat, efektif, dan fleksibel terhadap berbagai misi yang ditugaskan.
Karakteristik militer inilah yang memungkinkan mereka untuk dikerahkan secara efektif untuk berbagai operasi selain perang, termasuk bantuan bencana.
Aspek lain tentang efektifitas SAF adalah visibilitasnya. Orang-orang berseragam menarik perhatian dan melihat orang-orang berseragam militer membantu dalam kontinjensi menyampaikan pesan yang sangat jelas; Pemerintah hadir dan sudah mengambil tindakan.
Ini meyakinkan publik, dan dalam kasus SAF, pesan ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa SAF sebagian besar merupakan pasukan wajib militer – di mana mereka terdiri dari putra, saudara lelaki, ayah, dan suami dari warga Singapura lainnya. Penempatan SAF bukan hanya tentang komitmen pemerintah untuk mengatasi kontingensi; dengan melibatkan orang Singapura sehari-hari melalui SAF, mereka juga menyampaikan pesan bahwa seluruh bangsa bersatu dalam mengatasi kesulitan yang sama.
Pentingnya pertahanan psikologis dapat dilihat dalam pidato Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong kepada warga Singapura dan dunia pada 12 Maret 2020. Dalam pidatonya, ia menekankan aspek psikologis perjuangan melawan COVID-19.
Lee meyakinkan publik tentang kemampuan pemerintah Singapura untuk tetap mengontrol situasi berkembang dengan menggarisbawahi langkah-langkah yang diambil sejauh ini serta persiapan yang dibuat di masa mendatang. Dengan menunjukkan kemungkinan lonjakan kasus ke depan, ia mempersiapkan masyarakat jika situasinya memburuk.
Persiapan mental seperti itu; melalui pembentukan pola pikir dan framing ekspektasi berkontribusi terhadap ketahanan psikologis keseluruhan di tingkat nasional. Itu mencegah masalah memburuk karena tindakan yang mungkin diambil masyarakat jika ada kepanikan dan ketakutan yang meluas, misalnya panic buying dan penjarahan seperti yang kita takutkan bisa terjadi di Indonesia.
Singapura telah menunjukkan keefektifan tindakan cepat dan tegas oleh pemerintah suatu negara dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular. Di luar aspek kesehatan, bagaimanapun, adalah pelajaran bahwa pertahanan psikologis merupakan faktor penting untuk mencegah kontingensi diperburuk oleh publik yang dilanda kepanikan dan ketakutan yang berlebihan.
Efektivitas SAF – kumpulan sumber daya yang terdiri dari orang-orang terlatih dan mampu beradaptasi serta cakap – dalam menjalankan misi tertentu yang ditugaskan tak hanya memberikan kontribusi langsung ke arah penanggulangan penyebaran COVID-19, tetapi juga pelibatannya memiliki dampak psikologis yang meyakinkan untuk membangun ketahanan psikologis.
Diharapkan bahwa pelajaran seperti itu dapat diadaptasi oleh pemerintah lain dalam perjuangan mereka melawan COVID-19, termasuk oleh Pemerintah kita. ***
*Jurnalis TV berbasis di Sulawesi dan penerima Asia Journalism Fellowship, 2019 dari Temasek Foundation di Institute of Policy Study, Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura.