Bila Anda meminta bantuan Om Google hari ini, maka Anda akan melihat ilustrasi orang kulit berwarna berlatarbelakang umbul-umbul berwarna pelangi. Tahukah Anda siapa dia?

Google Doodle hari ini adalah ilustrasi buatan seniman yang berbasis di Los Angeles, Rob Gilliam. Rob menggambar Marsha P. Johnson untuk merayakan aktivitas  waria itu memperjuangkan hak-hak LGBTQ + semasa hidupnya di Amerika Serikat.

Sebagai informasi, LGBTQ + — Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, Plus — Queer pada awalnya dibuat sebagai istilah kebencian. Kata ini bisa digunakan sebagai pernyataan politik dan untuk menunjukkan seseorang tidak mau diidentifikasi sebagai gender yang bisa dipasangkan, misalnya laki dan perempuan, Sedangkan penambahan ‘Plus’ disematkan pada orang yang mendukung kelompok ini, orang yang tidak punya ketertarikan seksual pada siapapun, atau bisa juga pansexual yakni orang yang ketertarikan sexnya bisa pada apa saja.

Di Palu, Sulawesi Tengah atau pada umumnya di daerah Sulawesi kita mengenal mereka sebagai Banci atau Bencong bagi laki-laki yang menyerupai perempuan atau tertarik secara seksual kepada laki-laki. Adapun bagi perempuan ada yang menyebutnya Balaki. Meski secara umum kita mengenalnya sebagai Lesbi. Dalam Bahasa Kaili disebut To Lenda. Orang Bugis biasa menyebutnya Calabai.

Nah, mengapa hari ini Google membuat Doodlenya seperti itu? Rupanya, pada hari ini, 30 Juni 2019 lalu Marsha secara anumerta dihormati sebagai marshal agung New York City Pride March.

Marsha P. Johnson terlahir dengan nama Malcolm Michaels Jr pada 24 Agustus 1945 di Elizabeth, New Jersey. Setelah lulus sekolah menengah pada 1963, ia pindah ke Greenwich Village di New York City, pusat budaya yang sedang berkembang untuk orang-orang LGBTQ +. Di sini, dia secara resmi mengubah namanya menjadi Marsha P. Johnson. 
Inisial tengahnya— “P.” – diduga mewakili tanggapannya terhadap mereka yang mempertanyakan gendernya: “Pay It No Mind.”

Ia dianggap karismatik di kalangan komunitas LGBTQ +. Johnson disebut sebagai salah satu pemimpin kunci gerakan Stonewall 1969 – secara luas dianggap sebagai titik balik penting bagi gerakan hak asasi LGBTQ + internasional.

Tahun berikutnya, ia mendirikan kelompok Street Transvestite Action Revolutionaries (STAR). Transvestite sekarang dikenal sebagai Transgender. Ia bekerja dengan sesama aktivis transgender, Sylvia Rivera. STAR adalah organisasi pertama di AS yang dipimpin oleh seorang wanita kulit berwarna. Ini merupakan orang pertama yang membuka tempat penampungan pertama Amerika Utara untuk pemuda LGBTQ +. ***