Setelah menembak dan menyerang Brigadir Polisi Satu Ilham Sulhayar di depan salah satu bank di Poso, Sulawesi Tengah, Rabu, 15 April 2020, para penyerang menjatuhkan sepucuk pistol.

Pistol itu ditemukan saat olah tempat kejadian perkara yang dilakukan Inafis – Indonesia Automatic Finger Print System dan penyidik Kepolisian Resor Poso. Dari keterangan penyidik diketahui itu adalah FN.

Nama dagangnya adalah FN Five-seven. Ini adalah pistol semi otomatis yang dirintis produksinya oleh Perusahaan Fabrique Nationale d’Armes de Guerre-Herstal (FN Herstal) di Belgia.

Senjata ini lazim digunakan oleh militer dan otoritas keamanan di puluhan negara serta menjadi salah satu senjata genggam yang dianggap paling baik. Nama Five-seven diambil dari ukuran diameter pelurunya; 5,7 mm.

Pistol ini dikembangkan FN Herstal atas permintaan dari NATO. Mereka meminta perusahaan tersebut untuk membuat pengganti peluru 9 x 19 mm Parabellum beserta pistol dan senapan mesin ringan yang masih menggunakan peluru tersebut.

Pada saat itu, NATO meminta dua jenis senjata api yang akan cocok dengan jenis peluru baru ciptaan perusahaan Belgia tersebut. Pertama, mereka meminta senjata jenis shoulder-fired weapon yakni senjata api yang biasanya memiliki popor yang ditempatkan di bahu. Selanjutnya mereka juga meminta senjata api genggam.

FN Herstal menyanggupinya dengan mengembangkan senapan mesin ringan FN90 beserta peluru 5,7 x 28 mm. Beberapa tahun kemudian, FN mengumumkan bahwa mereka berhasil membuat pistol Five-seven.

Senjata genggam ini pertama kali mulai digunakan di kalangan militer pada Mei 2000. Garda Nasional Siprus membeli 250 unit pistol tersebut untuk digunakan oleh pasukan khusus mereka.

Bahan polimer digunakan untuk pistol ini. Bahkan slide baja yang berada di senjata genggam ini terbungkus dengan polimer. Bahan ini dipilih untuk mengurangi bobot serta demi meningkatkan daya tahannya terhadap karat. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mencegah refleksi cahaya yang dapat mengganggu pandangan penggunanya.

Meski terdapat bagian yang masih terbuat dari baja, pistol ini tetap dianggap sebagai senjata genggam ringan karena hanya memiliki bobot 744 gram. Bobot ini sudah termasuk 20 peluru yang berada di dalam pistol. Namun, pistol ini tidak terlepas dari kontroversi yang sempat membayanginya.

Awalnya, FN Five-seven dan amunisinya dibuat oleh FN Herstal hanya untuk para penegak hukum dan pihak militer. Tapi, pada 2004 senjata api ini memiliki model baru yang bernama Five-seven IOM dan dikenalkan ke publik beserta amunisinya 5,7 x 28 mm SS192 sebagai senjata api untuk warga sipil.

Cabang perusahaan FN di Amerika Serikat (AS) memasarkan pistol model ini kepada warga sipil dengan mengiklankannya sebagai senjata api untuk perlindungan diri, menembak target di lapangan tembak, dan lain-lain. Organisasi kontrol senjata api di AS sangat menentangnya.

Bahkan, menurut ATF (Biro penegakkan hukum terhadap alkohol, rokok, senjata api, dan bahan peledak di AS) sempat mengatakan bahwa pistol FN Five-seven adalah salah satu senjata favorit dari kartel narkoba pada Perang Narkoba Meksiko. ATF juga menyatakan bahwa senjata api ini kerap diselundupkan dari AS ke beberapa negara untuk digunakan oleh para kartel narkoba.

Namun terlepas dari kontroversinya, senjata genggam ini masih tetap dianggap mumpuni bila berada di tangan yang benar seperti pihak militer dan kepolisian. Selain ukurannya yang kecil, bobotnya yang ringan memudahkan pihak penegak hukum dalam melakukan berbagai operasi.

Di AS sendiri, FN Five-seven saat ini digunakan oleh 300 badan penegak hukum, termasuk Secret Service. Indonesia adalah salah satu negara yang menggunakan pistol ini di militernya.

Berikut ini spesifikasi singkat FN Five-seven:

Bobot: 610 gram (kosong), 744 gram (berisi peluru) | Panjang: 208 mm | Panjang laras: 122 mm | Lebar: 36 mm | Tinggi: 137 mm | Amunisi: FN 5,7 x 28 mm | Kecepatan peluru: 650 m/dtk | Jarak maksimum peluru mengenai target: 1.510 m | Jarak efektif: 50 m | Harga per unit: USD1.200 atau sekira Rp15.972.000. (Sumber: Wikipedia.org dan fnherstal.com/)