Bila Anda lahir dan besar di Parigi, kota kecil berjarak 83 kilometer dari Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia, maka sudah pasti kerap mendengar kata itu. Smokol adalah diksi pengganti untuk Sarapan Pagi. Sepertinya itu pengaruh dari Bahasa Manado. memang merupakan daerah perlintasan yang berbatasan dengan Gorontalo dan Manado, Sulawesi Utara.

Di Parigi kami punya yang unik. Campuran antara Bahasa Manado dan . Di Parigi kami lazim menggunakan (Arab) juga (Manado) sebagai pengganti; Aku dan Kau. Sayara untuk Kendaraan. Ini serapan dari Bahasa Arab; Alsayara.

Lalu Baith atau dilafalkan Bet untuk Rumah. Hayya untuk Malu. Ana Hawas untuk Saya Jengkel atau Gusar. Dohan untuk Rokok. Itu serapan dari kata Arab untuk Tembakau. Sedangkan Rokok dalam Arab adalah Sayajara. Ada juga Rugud untuk Tidur. Ju' untuk Lapar. Itu jelas serapan dari Bahasa Arab.

Ajus dan Sebe untuk Ibu dan Bapak. Menyebut Gahwa seperti Orang Arab menyebut Kopi. Sedang Pacaran diganti Bahawi, ini pencampuran Ba (Manado) dan Halwat (Arab) yang artinya Berduaan. Adapun yang pacaran adalah Rijal; Laki-laki dan Perempuan; Harim. Itu semua dari kata Arab.

Kemudian ada Tubir untuk pengganti Jurang. Garagantang untuk Tenggorokan. Ada pula Rembas untuk Hantam. Srambang untuk mengganti frasa sekali pukul; satu, dua atau tiga yang terkena. Ada juga Bastel sebagai pengganti kata Bergaya. Ini mungkin dari serapan Bahasa Belanda Stijl. Parigi memang adalah salah satu daerah Koloni Belanda.

Unik bukan?! Bahasa Gaul itu lazim kami gunakan pada 1980–an – 1990-an. Entahlah bila masih lestari hingga kini.

Sekadar untuk diketahui, agar tak melupakan sejarah; Bangsa Portugis pernah membangun benteng di Parigi pada 1555. Mereka juga mendirikan dermaga di Kota ini. Namun karena merugi, Portugis meninggalkan Parigi. Lalu pada 1663, Belanda datang dengan Kongsi Perdagangan Hindia Timur-nya. Kita mengenalnya sebagai VOC – Vereenigde Oostindische Compagnie atau Kompeni Belanda.

Dulu saat saya bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Parigi, saya kerap bermain di salah satu gedung peninggalan Portugis dan Belanda di Kota ini. Sayangnya, dengan alasan telah menua dan keropos strukturnya, bangunan itu diruntuhkan untuk pembangunan Rumah Jabatan Bupati Parigi Moutong.

Padahal itu adalah Gedung Bersejarah yang mestinya direnovasi saja. Bangunan itu kami kenal sebagai Loji. Loge, factory, atau facrorij berasal dari kata Portugis; feictoria yang berarti tempat tinggal, kantor, atau gudang. Itu pula yang menjadi nama salah satu kelurahan dalam Kota Parigi.

Dulu Loji jadi tempat tinggal sahabat saya; Alex Pandelaki. Saat itu, Ibunya menjadi Kepala SMP Negeri 1 Parigi. Dia pasti sedih bila melihat rumah masa kecilnya sudah tak ada lagi. Juga pernah menjadi tempat tinggal guru saya. Pak Polycarpus namanya.

Kota Parigi memang unik dan bersejarah, bukan?!