Ini kisah tentang Jalan Tanggul di Bantaran Sungai Palu, Sulawesi Tengah. Sebelum gempabumi, tsunami dan likuifaksi menghantam Kota Palu, Jumat, 28 September 2018, jalan tanggul sudah jadi tempat rekreasi warga yang bermukim di sepanjang bantaran Sungai Palu.
Di sebelah timur memanjang dari Lorong Malaya, di Jalan Towua, Palu Selatan hingga ke Jalan Raja Moili, di Palu Timur. Lalu di sebelah barat memanjang dari Tinggede, Kabupaten Sigi hingga Kampung Lere, Palu Barat.
Bila diukur dari Lorong Malaya, jaraknya sekira 9 – 10 kilometer ke arah Muara Sungai Palu atau Teluk Palu. Untuk trekking sepeda ini termasuk pendek, tapi karena kita harus melintasi jalan dan jembatan maka ini menjadi menarik.
Jalan tanggul ini sudah lama ada. Dirintis untuk mempermudah akses warga yang bermukim di bantaran Sungai Palu. Dibuat menjadi permanen di masa Kota Palu dipimpin Walikota Rusdy Mastura hingga Andi Mulhanan Tombolotutu.
Saat ini yang terpelihara baik tinggal jalan tanggul dari dari batas Jembatan III menuju Jembatan I. Selebihnya tinggal jalan tanah sebab ubinnya rusak pasca gempabumi lalu.
Bila saja ini ditata dengan baik oleh Pemerintah Kota Palu kini, tentu saja ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata Kota yang menarik. Tak cuma buat pejogging, pelari atau pesepeda, tapi juga bisa menjadi destinasi wisata pendidikan untuk pengenalan lingkungan hidup bagi anak-anak sekolah. ***