Tidak lama setelah Himura Kenshin (Takeru Satô), pendekar Samurai berwajah tampan telah menemukan kehidupan barunya dengan pemilik dojo Kamiya Kasshinry kenjutsu, di Tokyo, Kamiya Kaoru (Emi Takei) dan temannya Sanosuke Sagara (Munetaka Aoki), Yahiko Myojin (Munetaka Aoki) dan Megumi Takani (Yu Aoi), dia didekati oleh pejabat pemerintah Meiji.

Oleh Menteri Dalam Negeri Toshimichi Okubo (Kazufumi Miyazawa), yang kemudian terbunuh, ia diminta untuk membantu Pemerintah menghentikan aksi brutal Shishio Makoto (Tatsuya Fujiwara), mantan Ishin Shishi Hitokiri seperti Kenshin. Shisio membantai semua petugas keamanan yang hendak memburunya di Kyoto.

Dulunya, ia adalah Samurai bayaran yang membantu rezim Meiji, tapi kemudian dibunuh untuk menutupi jejak. Namun ternyata ia belum mati dan hidup dalam bayang-bayang dendam. Ia kemudian mengumpulkan prajurit-prajuritnya bersama Juppongatana (Sepuluh Pedang) melawan pemerintah Meiji.

Himura Kenshin ragu-ragu, tetapi ketika dia melihat penderitaan yang disebabkan oleh serangan antek Shishio, Seta Sojiro (Ryunosuke Kamiki) dan pasukan kecilnya beberapa waktu kemudian, dia berubah pikiran. Untuk melayani orang banyak, dia pergi ke Kyoto, mengabaikan rasa kehilangan Kaoru dan keraguan Sanosuke, kawan barunya yang unik itu.

“Makanlah bersama kami, berlatihlah bersama kami, tertawalah bersama kami,” pinta Kaoru.

Lalu Kenshin memberi pengertian pada Kaoru, “Saat aku bersumpah untuk berhenti membunuh, Shishio yang menggantikanku. Ini adalah tugasku untuk menghentikannya.”

Kaoru khawatir, saat Kenshin ke Kyoto, ia akan melanggar sumpahnya untuk tak membunuh lagi.

Kenshin lalu memeluk Kaoru dan berpamitan, “terima kasih dan selamat tinggal. Sekali lagi, aku akan menjadi seorang pengembara.”

Adegan dalam sekuel kedua Rurouni Kenshin inilah yang mendapat banyak komentar positif penonton. Seorang Samurai pembantai tanpa tanding, kemudian menjadi seorang yang melankolis dan romantis.

Alhasil, dalam perjalanannya ke Kyoto dan selama di sana; Kenshin bertemu dengan ninja wanita muda yang lincah Makimachi Misao (Tao Tsuchiya), Kashiwazaki Nenji (Min Tanaka), mantan mata-mata Shogun tua yang sekarang menjadi pemilik penginapan, dan pejabat polisi Saito Hajime (Yosuke Eguchi). 

Hal yang menarik dari kisah samurai penuh romansa ini, adalah kejelian sutradaranya terhadap detail. Ia berhasil menghidupkan periode awal Meiji yang tampak nyata. Ia menghadirkan Kyoto di masa lalu, di mana tradisi dan perubahan mencontohi dunia barat mulai terlihat dalam budaya masyarakat Jepang kala itu.

Representasi eksterior dan interior rumah tradisional dan rumah dengan design serta arsitektur barat dihadirkan secara detail. Termasuk dalam busana pejabat-pejabat pemerintahnya.

Agaknya, saya harus kembali melanjutkan menonton film ini. Aksi hebat dan koreografi pertarungan pedangnya sungguh memukau. Anda pun saya sarankan menontonnya, tinimbang membaca saja ulasannya di sini. ***