Ada kisah di balik secangkir kopi.

Selalu ada kisah di balik secangkir kopi. Datang dari dataran tinggi di seantero Nusantara, kopi tersaji di hadapan kita. Aromanya meruyak ke mana-mana. Menyesap wanginya, lalu menyeruputnya seteguk dua. Nikmat rasanya.

Sepotong kisahnya berasal dari dataran tinggi Matantimali, di sebelah barat Lembah Palu, Sulawesi Tengah. Jaraknya 27 kilometer dari titik nol kilometer Kota Palu. Dari atas ketinggian lebih dari 1200 meter di atas permukaan laut, kisah ini dihantarkan.

Adalah Moh Irvan yang mengawali kisah ini. Ia adalah penyuluh pertanian di kawasan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah itu. Sejak 2016 bersama kawan-kawannya sesama penyuluh, pegawai negeri golongan III C ini, aktif mendampingi petani setempat. Petani yang mereka dampingi berasal dari komunitas Suku Da’a yang terbiasa bertani dan hidup nomaden. Mereka membudidayakan beragam tanaman palawija.

Saat itu, Agustam Nome, salah seorang kawan yang mendampinginya mulai melirik tanaman kopi yang sudah tak muda lagi di kawasan ini. Maklum, dari penuturan warga setempat, kopi di wilayah tersebut mulai dibudidayakan pada 1800-an akhir, saat Belanda masuk ke sebagian besar wilayah Sulawesi Tengah.  

Semangatnya kian bertambah, saat seorang coffee enthusiast, Ade Cholik Mutaqin dari Karawang, Jawa Barat membantunya pada 2020. Proses demi proses budidaya kopi, panen hingga pengolahan kopi mulai dikerjakan dengan telaten.

Sebanyak 7 kelompok petani yang rata-rata beranggotakan 20 orang mereka bina. Kelompoknya tersebar di enam desa di wilayah Matantimali, yakni di Dombu, Lewara, Soi, Ongulero, Wiapore dan Panesi Baja. Lahannya kini sudah mencapai 70 hektare. Targetnya mencapai 300 hektare hingga 2023 nanti. Produksinya direncanakan hingga 40 ton per enam bulan panen.

“Saat ini produksinya baru mencapai dua ton per semester. Masih melayani konsumen di Kota Palu dan Jawa. Adapun ke luar negeri kita masih berupa tester. Kita sudah mengirimkannya ke Swedia, Abu Dhabi dan Jepang. Semoga itu mendapat respon positif dari mereka,” sebut Sarjana Pertanian luaran Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu ini.

Proses pemanenan biji kopi segar.