https://youtu.be/1TqTX3VC-JY

Bila melintasi jalur Trans Sulawesi bagian Timur di Sulawesi Tengah, kita akan melintasi jalur Kebun Kopi. Jalur ini dirintis sejak zaman penjajahan Belanda.

Jalur ini direkonstruksi oleh Pemerintah Indonesia pada 1990-an dari jalan sempit, berlumpur dan rawan longsor menjadi beraspal hotmix dan beton.

Lalu pada 2014, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan manajemen lereng untuk mengurangi longsor dan erosi. Lereng-lereng sepanjang jalur kebun kopi disarungi.

Rekonstruksi ruas jalan Kota Palu – Kabupaten Parigi dilakukan sepanjang 48 Km oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XIV, Direktorat Jenderal Bina Marga. Penanganan tidak lagi dilakukan setelah terjadinya longsor namun dilakukan penguatan tebing dengan teknologi geotrip dan geometrik tanam yakni berupa tumbuhan.

Teknologi ini diklaim ramah lingkungan sehingga menjadi green infrastruktur dan memiliki daya tarik wisata.

Penanganan longsoran Kebon Kopi berupa penanganan geometrik lereng dari awalnya kemiringan 70 derajat menjadi 55 derajat dan manajemen drainase lereng sehingga air turun tidak membebani lereng.

Yang menarik adalah penggunaan geogrid untuk menahan jatuhnya batuan. Geogrid berupa jaring tebal berwarna hitam yang diselubungkan pada lereng. Setelah itu dilapisi lagi dengan selubung Geomed. Ini menjadi media tanam untuk mengontrol erosi dan sebagai tempat tumbuhnya tumbuhan.

Itulah yang menjadi daya tarik jalur Kebun Kopi – Parigi hingga kini. Para pelintas kerap berswafoto dan foto bersama di tapak proyek pemerintah ini. Ada yang bilang itu sebagai ‘bukit bersarung hijau’.

Bagi yang belum pernah melihat indahnya ‘bukit bersarung hijau’ ini, coba-cobalah melintas jalur Trans Sulawesi dari Palu melewati Tavaeli lalu menuju Kebun Kopi sampai di Toboli hingga ke Parigi. Jangan lupa pula menyicipi Lalampa Toboli yang terkenal enaknya itu. ***