Iwan Ahmad, warga Tanah Runtuh, menyatakan saat itu pesantren ini terkesan tertutup dari orang luar. Ini lantaran beberapa kali pesantren ini selalu menjadi sasaran penggeledahan polisi bila terjadi kekerasan di Poso.
“Makanya mereka terkesan tertutup dan hati-hati kepada tamu,” ujar Iwan, yang mantan wartawan Radar Sulteng ini.
Adapun Ustadz Adnan Arsal adalah pimpinan Pondok Pesantren Amanah yang terkenal di Poso pasca kerusuhan Poso tahun 2000. Pada beberapa kesempatan Ustadz Adnan mengakui mengenal para tersangka pelaku terorisme di Poso dan Palu itu, secara pribadi.
“Karena saya yang mendidik mereka pengetahuan agama.Tapi saya tidak mengajarkan mereka tentang kekerasan dan sebagainya,” demikian Ustadz Adnan pada beberapa kesempatan.
Itu sebabnya, dalam perburuan terhadap 29 DPO yang menjadi tersangka terorisme di Poso dan Palu pada 2007 hingga sesudahnya, aparat kepolisian dan Densus 88 Polri berusaha mendekati Ustadz Adnan. Bahkan aparat bersedia untuk menunggu laporan para tokoh ulama dalam dialog yang beberapa kali digelar oleh Pemda Poso dan Polda Sulteng sejak Oktober 2006.
Profil Gebang Rejo
Begitulah sekelumit cerita tentang Tanah Runtuh. Tapi, bagaikan sayur tanpa garam, tak lengkap rasanya berkisah tentang Tanah Runtuh, lalu melupakan Gebangrejo, Kelurahan kecil di Kecamatan Poso Kota, di mana Tanah Runtuh sebagai wilayah administratifnya.
Sebelum 1950, Kelurahan Gebangrejo masih disebut sebagai Kampung Gebangrejo yang menjadi bagian dari Kampung Gorontalo yang sekarang menjadi Kelurahan Bonesompe.
Dulunya, sebelum menjadi pemukiman, Gebangrejo adalah hutan lebat yang ditumbuhi banyak pohon Silar, sejenis pohon Palem. Itulah yang menjadi asal mula kata Gebang yang artinya Silar. Sementara rejo artinya subur. Itu adalah dua kata berasal dari Bahasa Jawa. Harapannya, agar Gebangrejo menjadi kampung yang maju, makmur dengan lahan pertanian yang subur.
Dari 1950 – 1968, Gebangrejo yang sudah berpisah dari Kampung Gorontalo dipimpin oleh seorang bekas anggota tentara Kerajaan Belanda atau KNIL bernama Soemadikoro.
Lalu setelah itu, dari 1968 – 1974, beralih ke Suhardjo, tetua masyarakat setempat. Saat itu, masuklah penduduk yang mengungsi dari Kabupaten Luwu, Palopo Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa.
Tahun 1974-1975, Gebangrejo beralih kepemimpinannya kepada Kepala Kampung Hagu Harun. Di akhir kepemimpinan Hagu, Kampung Gebangrejo berubah menjadi Desa.