Tanah Runtuh, sebuah enclave kecil di sudut Kota Poso, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, tiba-tiba menjadi terkenal pada 2007.

Pertempuran dahsyat berdurasi delapan jam lebih antara polisi dengan sejumlah tersangka kasus kekerasan di Poso, 22 Januari 2007 membuat nama Tanah Runtuh kian kesohor. Tapi, tak hanya itu, ini juga menghadirkan pertanyaan: bagaimana Tanah Runtuh tumbuh, lalu kemudian menjadi terkenal seperti sekarang ini.

Sebetulnya, tak terlihat sesuatu yang istimewa dari kawasan tanah runtuh ini. Suasana lengang dan sepi ketika siang hari terlebih malam hari. Dulunya, kawasan ini adalah perumahan penduduk dengan tingkat ekonomi yang cukup lumayan. Hal ini dilihat dari sejumlah rumah penduduk yang masih kokoh, serta beberapa puingpuing bangunan yang menunjukkan kelas elite dalam strata masyarakat.

Sebelumnya, kawasan ini lebih dikenal dengan nama PAM atau Perusahaan Air Minum. Karena tak jauh dari tempat itu terletak kantor PDAM Poso. Topografinya berbukit. Banyak pohon jati di tanam di atasnya. Hampir semua rumah memiliki tanaman pohon buah-buahan seperti mangga dan rambutan.

Kini disebut Tanah Runtuh lantaran beberapa tahun lalu, badan jalan di sisi Sungai Poso di bibir kawasan yang masuk dalam Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota itu, runtuh.

Sejak 4 Mei 2001, tak jauh dari lokasi tanah yang runtuh, sedikit menaiki bukit, berdiri sebuah pesantren yang bernama Alamanah. Pesantren ini didirikan oleh Ustadz Haji Ustad Adnan Abdul Rahman Saleh (Arsal) seorang tokoh masyarakat dan ulama di Poso. Awalnya pesantren ini mengasuh 16 santri putri, 47 santri anak-anak seusia taman kanak-kanak dan 65 orang santri putra seusia anak-anak sekolah menengah pertama.

Pesantren ini dibangun untuk menampung mantan santru Pesantren Walisongo, di Kilo 9 Lage, Poso, yang dibakar dan sekitar 200 santrinya dibunuh para perusuh dalam konflik Poso Mei 2000.

Pesantren Amanah ketika itu berdiri di dua lokasi berbeda. Pesantren Amanah di Tanah Runtuh lalu yang satu lagi di Landangan, Poso Pesisir yang menjadi tempat belajar 65 santri putra. Sekarang dibangun lagi 1 pesantren di Tamanjeka, Poso Pesisir Utara.

Taak ada kegiatan lain yang mencolok dari para santrikecuali belajar agama. Pengajaran agamanya disesuaikan dengan kurikulum nasional. Sedangkan pengajian kitab kuning dilaksanakan di luar jadwal jam pelajaran sekolah.