Sejak pagi, Kamis (31/7/2025) berseliweran informasi di media sosial, bahwa alat pendeteksi gempa yang dipasang di Kantor Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu berbunyi. Orang-orang yang mukim di pesisir barat Kota Palu pun was-was. Ada bahkan yang sudah ingin mengungsi.

Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami di sejumlah wilayah Indonesia pada Rabu (30/7/2025) sebelumnya. Peringatan tsunami ini muncul akibat dampak dari gempa di dekat pesisir timur Kamchatka, Rusia.

Nah, apakah alat pendeteksi gempa bisa error? Jawabannya bisa!. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya dapat bervariasi tergantung pada jenis alat yang digunakan, namun secara umum alat pendeteksi gempa seperti seismograf atau seismometer dapat mengalami masalah jika ada gangguan pada sensor, transmisi data, atau sumber daya listrik. 

BACA INI JUGA:  Gempabumi Tektonik Magnitudo 3,9 Guncang Morowali Tak Berpotensi Tsunami

Kemungkinan Penyebab Error pada Pendeteksi Gempa

Gangguan Sensor

Seismometer mendeteksi getaran melalui bandul atau massa yang terpasang pada pegas. Jika bandul ini rusak, terganggu oleh objek lain, atau tidak terkalibrasi dengan baik, maka deteksi getaran akan tidak akurat.

Masalah Transmisi Data

Seismograf modern seringkali mengirimkan data ke pusat pemantauan secara elektronik. Jika ada gangguan pada jaringan komunikasi, kabel yang rusak, atau masalah pada perangkat lunak pengolah data, maka data gempa tidak akan terkirim atau ditampilkan dengan benar.

BACA INI JUGA:  Jokowi: Indonesia Sudah 3 Tahun Tak Impor Beras, Hoaks atau Fakta?

Masalah Sumber Daya Listrik

Seismograf dan perangkat pendukungnya membutuhkan pasokan listrik yang stabil. Kegagalan daya, fluktuasi tegangan, atau baterai yang habis dapat menyebabkan alat berhenti berfungsi atau menghasilkan data yang tidak akurat.

Kalibrasi dan Pemeliharaan

Alat ini memerlukan kalibrasi dan pemeliharaan rutin agar tetap akurat. Jika alat tidak dikalibrasi secara berkala, sensitivitasnya bisa berkurang atau meleset, menyebabkan kesalahan dalam mendeteksi gempa.

Interferensi Lingkungan

Getaran dari sumber lain seperti lalu lintas alat atau kendaraan berat, seperti di lokasi pertambangan, konstruksi, atau bahkan hewan yang bergerak di sekitar sensor dapat disalahartikan sebagai aktivitas gempa oleh alat pendeteksi, terutama pada alat yang kurang canggih atau tidak dilindungi dengan baik.

BACA INI JUGA:  Sulteng Diguncang Gempabumi Magnitudo 5.5, Hati-hati Susulannya

Untuk diketahui, alat pendeteksi gempa yang dipasang di Kelurahan Buluri secara umum disebut sebagai Seismograf. Alat ini adalah hibah dari Pemerintah dan Rakyat Jepang. Diproduksi oleh Meisei Electric, salah satu industri alat-alat elektronik Jepang. Di Indonesia digunakan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).