Di dekat areal perkebunan sawit PT Agro Astra Lestari, di Ngovi, Riopakava, Sulawesi Tengah bermukim Suku Bingge dan sub etnik Kaili lainnya. Mereka adalah pemukim tetap wilayah itu. Ngovi berjarak sekitar 130 kilometer dari Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah.

Perluasan perkebunan kelapa sawit oleh Perusahaan membuat mereka harus menyesuaikan diri. Mereka pun membudidayakan sawit, meski dalam skala kecil atau plasma. Selain tetap membudidayakan padi-padian dan umbi-umbian.

Suku ini tetap mempertahakan tradisi mereka. Selain ritual-ritual adat, bercocok tanam dan kepercayaan, tradisi semacam mompongo, menginang sirih atau makan sirih yang lekat dengan relasi sosial pun tetap dilestarikan.

Seperti apa tradisi itu? Saya merekam bagaimana Mangge Panggo, seorang tetua Suku Bingge memeragakan bagaimana proses mompongo atau makan sirih itu. Dimulai dari menyiapkan uba rampenya.

Seperti suku-suku asli lainnya di Indonesia, bahan utama makan sirih adalah Kapur, Pinang, Sirih, Gambir, Tembakau dan beberapa tanaman khas lainnya.

“Pada dasarnya, ini untuk menguatkan gigi. Cuma saya gigi saya rusak karena merokok,” kata Panggo.

Anggota Suku Asli ini merasakan mompongo persis seperti kita mengemut permen. Meski tentu saja menginang sirih itu tak semanis mengecap kembang gula. ***