Satuan Tugas Madago Raya memastikan akan terus memburu tiga orang sisa kelompok Mujahiddin Indonesia Timur. Tiga buronan teroris Poso itu diperkirakan bersembunyi di antara wilayah Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi.
Mereka yang saat ini masih terus diburu adalah Suhardin alias Farhan alias Abu Farhan, asal Polewali, Mandar, Sulawesi Barat,serta Amam alias Galuh alias Nae dan Jafar alias Askar alias Pak Guru asal Bima, Nusa Tengara Barat.
Di mana sebenarnya mereka bersembunyi? Dari sejumlah penyisiran dan penyergapan yang dilakukan Satgas Operasi Madago Raya ditemukan lokasi yang menjadi titik persembunyian mereka.
Pada 11 Juli 2021, personel Satgas Tricakti 3, Komando Operasi Gabungan Khusus menemukan sebuah camp di wilayah Batu Tiga, Dusun VI Tokasa, Desa Tanalanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Saat itu, Satgas berhasil menembak mati Qatar dan Rukli. Wilayah ini dari Parigi berjarak 20 – 30 kilometer.
Lalu, pada 18 Juli 2021, Tim Alfa 5 menemukan jejak camp kelompok ini di Pegunungan Buana Sari, Dusun VI Buana sari, Desa Tolai, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Sehari sebelumnya, Tim Sogili 3 berhasil menembak mati Ambo alias Abu Alim, salah seorang anggota kelompok MIT di wilayah ini.
Setelah pergerakan mereka kian terjepit sekitar di wilayah Parigi Moutong, pada 9 November 2021, Satgas Madago Raya berhasil mengendus jejak mereka di Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Dari Palu jaraknya sekitar 50 – 60 kilometer. Sedangkan dari jalan utama Palu – Palolo paling jauh 5 kilometer.
Sementara itu, pada 24 November 2021, Tim Alfa 2 berhasil mencium pergerakan dan menemukan camp kelompok ini, di wilayah Air Terjun Baturiti di dekat hutan damar di Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong. Kawasan ini adalah destinasi wisata alam air terjun yang banyak dikunjungi di akhir pekan. Dari Parigi jaraknya hanya 33 kilometer, dan dari Jalan Trans Sulawesi sekitar 2,5 kilometer. Kawasan Air Terjun ini masuk dalam wilayah Desa Catur Karya.
Dari pola pergerakan ini, dipastikan mereka kian terjepit. Pergerakan mereka pun mudah diendus. Apalagi bila mereka mengaktifkan telepon genggam mereka, posisinya dapat dengan mudah diketahui. Mereka tak bisa lagi melintasi jalur Sausu, Parigi Moutong ke Manggalapi, Sigi lantaran ketatnya penyekatan di wilayah itu.
Sebelumnya di wilayah Salubose ditempatkan 1 Pos Sekat Satgas Madago Raya. Di Salubanga ada pula 1 Pos Sekat. Berikutnya ada Satgas Intelijen di Air Teh dan Pos Kejar di Manggalapi. Itu ditambah lagi dengan patroli rutin. Inilah yang memaksa kelompok ini terpaksa bergerak di medan-medan sulit.

Dari Lembatongoa ke Baturiti, misalnya, mereka harus melalui aliran sungai, menyisiri lereng lalu mendaki punggungan bukit lalu turun. Dalam garis lurus jarak antara Lembantongoa ke Baturiti sekurangnya 19 kilometer. Ketinggian rata-rata wilayah ini antara 350 – 1000 meter di atas permukaan laut.
Di wilayah-wilayah ini selalu ada bekas jalan rintisan yang dulu pernah dilalui oleh para pencari gaharu dan kayu ebony, perusahaan pemegang hak penguasaan hutan (HPH), termasuk pula jalur perburuan rusa dahulu. Ini bisa mereka tempuh dua sampai tiga hari tergantung situasi.
Saat ini, personel Satgas Madago Raya yang dilibatkan dalam perpanjangan operasi sekitar 400 orang. Sebelumnya mencapai 1.357 orang personil gabungan TNI dan Polisi.
Apakah dengan jumlah personil hanya sebanyak 400 orang ketiga DPO teroris Poso ini akan mudah dilumpuhkan? Kita tunggu saja. ***