Bila Anda membuka laman Google.com hari ini, maka Anda akan menemukan ilustrasi seorang petani memakai masker yang tengah duduk di dangau. Di depannya terhampar petakan sawah berteras yang dibingkai dengan Sangga-sangga, tempat persembahan Orang Bali untuk Dewi Sri, Penguasa Kemakmuran.

Ilustrasi yang dikenal sebagai Google Doodle itu menggambarkan Subak, sistem irigasi pertanian tradisional Orang Bali yang mendunia itu.

Pada 29 Juni 2012, hari ini 8 tahun lalu, Subak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO dalam sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO di kota Saint Peterburg, Rusia.

Oh ya, Google Doodle adalah perubahan logo khusus dan sementara di beranda Google yang dimaksudkan untuk memperingati waktu berlibur, even tertentu, prestasi seseorang, tokoh sejarah terkemuka atau sistem nilai semisal Subak itu.

Nah, Subak sendiri adalah adalah sistem pengelolaan air untuk sawah di pulau Bali yang sudah dikembangkan sejak abad ke-9. Namun bagi Orang Bali, Subak ini tak hanya semata menyediakan air lahan pertanian mereka, tetapi membangun keseluruhan ekosistem kompleks di mana mereka mengusahakan lahan pertaniannya. Subak bukan lagi cuma sistem irigasi, tetap sistem sosial dan budaya yang berciri agraris, ekologis dan religius.

Sistem ini pada awalnya terdiri dari lima sawah bertingkat dan kuil air seluas hampir 20.000 hektare. Candi-candi adalah fokus utama pengelolaan pengairan ini.

Pengalaman saya di tanah kelahiran saya di Parigi, pengairan ini langsung diatur seorang tokoh atau tetua setempat.

Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, setiap Subak biasanya memiliki pura yang disebut Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang tokoh adat dan juga merupakan petani yang disebut dengan Kelian (Klian) yang mempunyai tugas untuk mengawasi dan mengelola subak.

Yang menarik, komponen subak adalah hutan yang melindungi persediaan air, lanskap padi berteras, sawah yang dihubungkan oleh sistem kanal, terowongan dan bendung, desa-desa, dan kuil-kuil dengan ukuran dan kepentingan yang berbeda-beda yang menandai sumber air atau jalurnya melalui candi dalam perjalanan menuruni bukit untuk mengairi tanah subak.

Subak di Bali memiliki luas kurang lebih 20.000 ha, terdiri atas beberapa subak yang berada di 5 kabupaten, yaitu kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, dan Tabanan. ***