Bermula dari undangan Satgas Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024. Kebetulan, Brigadir Jenderal TNI Dody Triwinarto, Komandan Komando Resor Militer (Korem) 132/Tadulako yang jadi Komandan Satgas PON XXI Sulawesi Tengah.
Brigjen Dody ditunjuk Rusdi Mastura, Gubernur Sulteng saat itu dengan niatan menggembleng para atlet dengan gaya pendidikan dasar militer (Diklatsar). Itu juga agar punya mental juang ala militer.
Sepanjang September 2024, tidak kurang 15 hari saya berada di Aceh. Selain beberapa lagu popular yang dijadikan panitia sebagai lagu tema PON XXI Aceh-Sumatera Utara, ada satu lagu yang terdengar istimewa, unik dan terasa mendengarkan mantra sihir. Lagu ini diberi nama Kutindhieng. Lagu ini dinyanyikan oleh Liza Aulia, penyanyi sohor Aceh dengan aransemen kekinian.
Alizar, pendamping kami selama di Aceh, suka memutarkan lagu ini. Dan kami semobil suka mendengarkannya. Apalagi saya, yang selalu tertarik mengetahui lema-lema keberagaman Nusantara. Alizar, sebagai putra Aceh tak bisa menjelaskan rinci soal itu.
Beruntung bersualah saya dengan blog yang beralamat di https://tengkuputeh.com. Saya tak mendapatkan banyak informasi siapa sosok penulisnya. Tak ada foto. Tak ada pula kontaknya tertera. Nama Puteh yang saya kenal cuma Gubernur Aceh 2000–2004, Abdullah Puteh. Dan juga nama alias orientalis Belanda, Prof. Christiaan Snouck Hurgronje, yang oleh orang Gayo dipanggil Tengku Puteh, sebab dia berkulit putih. Nah, di blog itulah, saya dapat bacaan yang memadai soal Kutindhieng.
Sejujurnya, saat didengarkan lagu ini menyuntikan spirit, terasa mistis, seperti kita di Sulawesi Tengah mendengarkan orang membaca gane-gane, mantra.
Menurut catatan di blog itu, Kutindhieng adalah salah satu mantra penjinak harimau. Penulis yakin bahwa liriknya berasal dari bahasa Aceh kuno. Beberapa kata telah punah dan tak diketahui lagi maknanya. Konon kabarnya berisikan mantra untuk memanggil rimueng aulia (harimau aulia).
Secara etimologis, tulisnya, Kutindhieng berarti menimang. Menimang sendiri layaknya ibu yang menggendong bayinya dan membuai dengan lembut seraya menyanyikan lagu pengantar tidur.
Menurutnya, para orang tua mengatakan lirik Kutindhieng yang asli tidak seperti sebagaimana kita dengarkan saat ini. Dulu sama sekali berbeda. Penulisnya berusaja mengartikan sendiri beberapa kata yang ia kenal dalam bahasa sekarang serta menuliskan kembali beberapa kata yang tidak ia pahami. Ia bilang bahwa ini berasal dari masa pra-animisme.
Simak lirik Kutindhieng berikut ini:
He tujan lahe
Hidhieng alah hala hai dieng
wa jala e hala e hala
Kutidhieng laha dhieng bet
Kutidhieng laha dhieng bet lah hem bet
bet la tidhieng la hem bet bet la tidhieng
Lam puteh kahyangan lam puteh kahyangan. Aulia
Rimueng Aulia Aulia. Rimueng Aulia
Hai yang bule jagad Hai yang bule jagad. Aulia
Rimueng Aulia. Aulia. Rimueng Aulia.
Maknanya:
Wahai kekuatan bangkitlah (lahirlah)
Kekuatan yang suci bersemayamlah (masuklah)
Dan jadilah perkasa, jadilah perkasa
Dalam timang-timang kekuatan bersemayam (menyatu)
Dalam timang-timang kekuatan bersemayam (menyatu) bangunlah
Bangkitlah kekuatan bersemayam bangkitlah bersemayam (menyatulah)
Dalam putih (restu) khayangan (langit). Aulia (Orang Suci)
Harimau sakti, orang suci (perwujudan) harimau sakti
Wahai (Harimau) putih, wahai (Harimau) putih. (Jadilah) orang sakti
Harimau sakti, orang suci (perwujudan) harimau sakti
Bila ingin mendengarkan lagu ini, cobalah klik tautan berikut ini.