Kabut arsenik mengambang rendah di Distrik Epsilon, menyelubungi reruntuhan gedung-gedung seperti hantu yang tak pernah pergi. Angin malam membawa suara gemeretak besi tua, dan di sela-sela retakan beton, kamera pengintai berkedip merah. Kota Omega tidak pernah tidur. Ia hanya mengintai.

Di markas bawah tanah yang tersembunyi di balik dinding toko mainan tua, Cael, yang kini dikenal dunia sebagai Nevara, sedang berdiri di depan terminal holografik yang berkedip cepat. NOX, motor tempur andalannya, hancur dalam misi sebelumnya. Tapi dalam kehancuran itu, ia menemukan sesuatu, sebuah chip penyimpanan kecil, tersembunyi dalam inti kendali NOX.

Gemini Protocol,” bisik Cael, jemarinya menari di atas proyeksi biru.

“Kenapa kamu menyimpannya di situ?” tanya Rhea, yang baru masuk membawa kantong bekas dari barak tua militer. Rambutnya terurai acak, dan matanya sayu karena kurang tidur.

Cael menoleh. “NOX tidak hanya dibuat untuk bertarung. Dia menyimpan rahasia. Sesuatu yang hanya bisa dibuka dengan… DNA ganda.”

Rhea mengerutkan alis. “DNA ganda?”

Cael mengangguk. “Gemini Protocol, sistem keamanan tingkat omega. Diciptakan untuk mengaktifkan data tingkat tertinggi di OmegaLab. Tapi butuh dua identitas biologis yang terdaftar dalam eksperimen Gemini.”

Rhea diam. Pandangannya melayang ke layar. Di sana, dua siluet muncul. Satu: ‘Cael Vire’. Yang kedua… ‘Kael Vire’.

“Ada dua Cael?” bisik Rhea. “Atau ini…”

“Saudaraku,” potong Cael lirih. “Kembar. Tapi dia hilang dalam ledakan eksperimen dua belas tahun lalu. Aku kira dia mati.”

“Dan sekarang kamu curiga… dia masih hidup?” tanya Rhea.

“Bukan cuma hidup,” jawab Cael. “Aku pikir… dia dipakai oleh mereka. Oleh Voro.”

Di sisi lain kota, di ruang tak bertanda yang hanya bisa diakses dengan sidik retina dan suara, Dr. Voro menyeringai di depan tabung kristal penuh cairan. Di dalamnya, seorang pria bertopeng sedang tertidur, identik dengan Cael.

“Subjek Gemini-2 menunjukkan stabilitas sempurna. 98% sinkronisasi,” lapor teknisi berkacamata biru.

“Bagus,” jawab Voro. “Persiapkan fase final. Kita akan melepaskannya malam ini.”

“Dengan atau tanpa perintah Dewan Equatoria?”

Voro menatapnya dingin. “Aku adalah perintah.”

Ia menekan tombol. Lampu merah menyala. Di dalam tabung, mata si kembar terbuka. Penuh cahaya sintetis. Tak ada emosi.

Rhea dan Cael kini berada di reruntuhan lab OmegaLab Lama. Dindingnya tertutup jelaga dan cat peringatan radioaktif. Tapi jauh di bawah tanah, lift manual membawa mereka ke ruang pusat.

Panel biometrik menyala hijau ketika Cael menempelkan telapak tangannya. Rhea mengikuti. Data mengalir. Ribuan file terbuka di udara, menari seperti debu dalam cahaya.

“Gemini Protocol,” panggil Cael.

File utama terbuka. Sebuah simulasi holografik menyala: dua anak kecil, kembar identik, di dalam ruang isolasi. Elektroda di kepala mereka, air mata di mata mereka.

Cael terdiam. Rhea memegang lengannya.

“Apa… ini semua… legal?” tanyanya.

Cael menggeleng. “Kami bagian dari eksperimen untuk membuat tentara psikis. Mereka bilang kami yatim piatu. Tapi sebenarnya kami dicuri. Ayahku bekerja di proyek ini. Dia menghilang setelah menolak fase terakhir.”

Layar menampilkan data final: “Proyek Gemini Terminated. Subjek-2 dinyatakan hilang. Diduga dicuri oleh entitas ‘Dr. Voro’.”

Rhea menggigit bibirnya. “Itu artinya…”

“Dia mencuri saudaraku. Dan membentuknya ulang menjadi senjata,” gumam Cael. “Itu sebabnya dia bisa menembus NOX. Dia tahu blueprint-nya. Dia bagian dari aku.”

Di atap tertinggi Distrik Theta, angin menghantam jas panjang pria bertopeng logam. Dia berdiri seperti bayangan di atas kabel optik. Di tangannya, sebilah bilah energi memanjang perlahan. Tak bersuara. Mematikan.

Dari kejauhan, seseorang memantau melalui teropong. Seorang wanita dengan rambut perak dan mata tajam.

“Ia telah kembali,” bisiknya.

Seorang pria tua di belakangnya menyeringai. “Gemini-2… siap untuk menggantikan Nevara.”

Malam itu, Cael duduk sendiri di depan NOX yang sedang diperbaiki. Rhea tidur di sudut ruang bawah tanah. Kilatan plasma menyala dari alat las otomatis. Tapi pikirannya jauh.

Ia memutar kembali rekaman masa kecil, wajah kecil dirinya dan saudaranya, tertawa di halaman rumah. Ibunya memanggil mereka. Tapi kemudian semuanya menjadi hitam.

Ia menggenggam potongan armor NOX.

“Kalau kamu masih di sana… aku akan membawamu pulang,” bisiknya.

Tiba-tiba, suara dari konsol menyela kesunyiannya.

“Sinyal mirip biometrik terdeteksi di Menara Aether. Identitas: Cael Vire. Status: Tidak terverifikasi.”

Mata Cael melebar.

Dia berdiri. Perlahan, mengenakan armor barunya.

Nevara telah hidup kembali.

Tapi kini, musuhnya… adalah bayangannya sendiri.

Bersambngv ke Episode 7: Wajah Kedua…