Malaysia digemparkan oleh kematian seorang siswi berusia 13 tahun, Zara Qairina Mahathir, yang ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di sekitar asrama sekolahnya di SMKA Tun Datu Mustapha Limauan, Sabah, pada 16 Juli 2025. Meski sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu, nyawanya tidak tertolong.

Kasus yang diduga terkait perundungan ini memicu perhatian luas publik, disertai tagar #justiceforzara yang ramai di media sosial. Disitat dari New Straits Times, Rabu (13/8/2025), ini kronologi kejadian yang menggemparkan Malaysia itu dan memunculkan tagar #justiceforzara itu.

16 Juli
Zara ditemukan pingsan di saluran pembuangan dekat asrama sekolah sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Ia dilaporkan jatuh dari lantai tiga dan dilarikan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth I.

17 Juli
Zara dinyatakan meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Kalamauh Mesapol, Sipitang.

18 Juli
Menteri Pendidikan Fadhlina Sidek menyatakan kementeriannya bekerja sama penuh dengan kepolisian dan mendukung penyelidikan tanpa gangguan.

21 Juli
Ibu korban, Noraidah Lamat, meminta penyelidikan transparan, adil, dan jujur. Ia mengungkapkan terakhir bertemu putrinya pada 12 Juli saat kegiatan gotong royong di sekolah.

28 Juli
Komisaris Polisi Sabah, Jauteh Dikun, menyampaikan bahwa penyelidikan menyeluruh sedang berlangsung dan meminta masyarakat menghindari spekulasi.

30 Juli
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Mustapha Sakmud, membantah keterlibatan dirinya maupun istrinya, mantan kepala sekolah Rosnih Nasir, dalam kasus ini. Ia menegaskan tuduhan yang beredar di parlemen tidak berdasar.

31 Juli
Polisi menyatakan penyelidikan berada di tahap akhir. Berkas perkara telah dikirim ke kepolisian pusat untuk peninjauan sebelum diserahkan ke Kejaksaan Agung (AGC). Sebanyak 60 saksi telah dimintai keterangan.

1 Agustus
Ibu korban meminta makam Zara dibongkar guna dilakukan otopsi. Tim kuasa hukum telah diarahkan untuk memulai proses hukum terkait permintaan tersebut.

6 Agustus
Kuasa hukum korban mengimbau masyarakat menahan diri dari spekulasi yang dapat menekan keluarga dan berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum. AGC mengembalikan laporan investigasi awal ke polisi untuk dilengkapi, serta mengingatkan publik agar tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi.

7 Agustus
Ibu korban dijadwalkan menyerahkan ponselnya yang berisi rekaman percakapan dengan mendiang putrinya kepada polisi. Kementerian Pendidikan melaporkan lebih dari 10 konten daring yang dinilai menyesatkan ke kepolisian, guna mencegah potensi pelecehan terhadap guru dan siswa.

Menteri Komunikasi Fahmi Fadzil meminta Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (KPK) bersama kepolisian memastikan penyelidikan menyeluruh, serta memperingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi palsu.

8 Agustus
AGC kembali mengembalikan berkas perkara kepada polisi dengan instruksi tambahan, termasuk pelaksanaan penggalian makam untuk proses otopsi. Sementara itu, masyarakat Malaysia tetap menggaungkan #justiceforzara.