Selama mendapat fellowship di Singapura pada semester kedua 2019 lalu, saya berteman dengan dua jurnalis dari Tiongkok. Keduanya adalah Zhang Yan, dia adalah Senior Reporter di China Economic Times dan Zhao Changyu, editor di Hangzhou TV.

Kami, beberapa jurnalis dari negara Asia lainnya selalu mencandai mereka bila menjadi mata jalan. Kami, ke mana-mana selalu mengandalkan Google Maps, sebelum kami paham membaca Singapore MRT Map. Nah, kedua jurnalis dari Tiongkok itu memakai qq.com, bukan Google Maps seperti kami.

Kami selalu bilang, “wah, bakalan jalan nih.” Tapi ternyata tidak. Perusahaan serupa Google itu memang resmi dipakai di Tiongkok. Dia zunya fitur email, chat dan tentu juga peta. Bahasa yang dipakai tentu Bahasa China.

Asal tahu saja, Pemerintahnya memang memblokir layanan Google, Whatsapp, Instagram, Twitter bahkan Facebook. Sebab itulah qq.com sangat populer, selain Baidu dan Taobao. Jadi jangan harap bisa menggunakan Google di seluruh daratan Tiongkok.

Namun, ketika dua kawan jurnalis kami itu kembali ke Tiongkok setelah program fellowship kami selesai, kami mengajarinya untuk memakai Virtual private network (VPN). Jadi, kami ajari mereka menginstall Whatsapp dan membuka Google setelah mengaktifkan VPN di gawai mereka atau notebooknya.

Nah dengan cara itu pulalah, saat pandemi Covid-19 merebak di Tiongkok, kami bisa berkomunikasi dengan mereka. Bahkan, Zhao Changyu, jurnalis TV perempuan yang bermukim di Hangzhou, Ibukogta Provinsi Zhejiang sempat mengirimkan saya video matinya kota saat pandemi itu.

Semoga Pemerintah Negara itu tak melaksanakan rencana mereka memblokir VPN juga. Itu agar kami bisa selalu terhubung dengan mereka. Apalagi, setelah berkenalan dengan VPN, Zhang Yan kerap memosting foto-foto makanan di Instagramnya. ***