Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Tengah menggelar sayembara untuk menyelamatkan buaya berkalung ban yang berkeliaran di aliran Sungai Palu hingga Teluk Palu. Buaya yang lehernya terlilit ban sepeda motor matic itu, pertama kali muncul pada 2016.
Tengoklah penampakan buaya berkalung ban ini. Saat muncul pertama kali buaya ini masih kecil namun makin hari badannya makin membesar. Ban sepeda motor yang mengalunginya makin mencekik leher. Biasanya dia muncul berjemur hingga ke tepian biasa pula hanya sekadar kepalanya muncul di tengah arus sungai.
Tak ada yang tahu pasti bagaimana ban itu sampai melilit lehernya. Pernah tersiar kabar bahwa itu adalah buaya peliharaan seorang penangkar buaya di sekitar bantaran Sungai Palu. Buaya-buaya peliharaannya terlepas karena kolam penangkarannya disapu air bah.
Sebenarnya, tak cuma buaya berkalung ban yang kerap muncul. Ada dua tiga ekor lainnya yang juga sering dilihat warga. Sungai Palu memang dikenal sejak dulu dihuni banyak buaya muara.
BKSDA pernah mengundang sejumlah pemerhati satwa liar bahkan spesialis penangkap satwa liar untuk berusaha menyelamatkan buaya tersebut. Rencananya buaya itu digiring ke darat, lalu ban yang melilitnya dilepaskan, bahkan pada Januari 2018, Panji Petualang dan timnya berusaha menyelamatkan buaya tersebut. Namun gagal. Olehnya BKSDA kemudian menggelar sayembara.
Tak ada waktu pasti, kapan buaya berkalung ban itu muncul. Biasanya lebih kerap muncul pagi hari. Namun pernah pula muncul pada malam hari.
Kepala BKSDA Hasmuni Hasmar menyatakan barang siapa yang mampu mengeluarkan kalung ban itu dari buaya akan mendapat hadiah yang setimpal dengan risiko.
“Tapi tiada DP. Cash. Begitu keluar langsung bayar dengan mendapatkan penghargaan dari BKSDA,” kata dia.
BKSDA mengakui tidak punya cukup sumber daya untuk mencari dan menyelamatkan buaya itu. Olehnya, jika ada masyarakat atau kelompok mana saja yang berkenan membantu, mereka akan memberikan imbalan. ***