Kemunculan buaya berkalung ban dan kawanannya di Sungai Palu, Sulawesi Tengah juga aksi penyelamatannya menjadi ajang foto dan swafoto warga serta wartawan. Saban hari selama sepekan ini, mereka beramai-ramai mendatangi muara Sungai Palu dan menanti kemunculan buaya-buaya itu lalu mengambil foto dan swafoto. Kehadiran makhluk predator ini lalu berswafoto dengan mereka bak hiburan baru bagi warga Kota Palu.
Seperti seorang wartawan yang bekerja untuk media lokal ini, saban hari dalam sepekan ini, ia menanti kemunculan buaya berkalung ban dan kawanannya. Bisa jadi sudah ratusan frame foto yang dibuatnya baik untuk dokumentasi pribadi maupun untuk bahan liputannya. Meski demikian ia tetap saja saban hari mengambil frame foto yang baru.
Selain buaya berkalung ban, ada empat sampai lima ekor buaya lainnya yang kerap muncul dan berjemur di tepian Sungai Palu, di dekat muara. Kawanan buaya berkalung ban ini rata-rata berwarna putih gading. Biasanya mereka langsung menyelam lagi saat didekati. Adakalanya tetap berjemur tak peduli dengan sekelilingnya.
“Kita sudah sepekan ini standby di pinggiran sungai, tepatnya sejak sayembara dibuka oleh BKSDA. Dan juga karena ada relawan dari luar negeri untuk membantu menyelamatkan buaya berkalung ban. Untuk saat ini buaya berkalung ban belum bisa ditangkap. Buaya di sini, konon tidak ada catatannya mengganggu manusia, sehingga kami tidak takut,” aku Irwan Basyir, wartawan media online lokal itu.
Adapun warga bila sudah melihat wartawan mendekat mengambil gambar, mereka akan ikut-ikutan turun. Selain mengambil gambar biasa juga berswafoto dengan buaya laiknya berswafoto dengan para artis. Ada yang antara takut dan berani. Ada pula yang kelewat berani hingga tinggal berjarak semeter dua meteran dari buaya yang tengah berjemur. Bila mereka terlalu mendekat biasanya ada warga lain yang mengingatkan bahwa itu berbahaya.
“Sudah banyak kali saya lihat buaya. Termasuk buaya berkalung ban. Sudah banyak fotonya sama saya,” kata Faisal, remaja yang tinggal di Jalan Mohammad Yamin Palu.
Adapula di antara warga yang hanya berani menyaksikan buaya dari kejauhan. Mereka seperti menonton performance artis di panggung terbuka. ***