Rabu, 16 Juni 2021, Longki Djanggola Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah mengakhiri masa jabatannya. Banyak pihak memberi apresiasi. Satu di antaranya adalah afar G. Bua, jurnalis televisi CNN Indonesia dalam bentuk buku. Ia memberi judul: Jaket Kuningku, Benih Cinta dan Politik, Semi Biografi Longki Djanggola.
Membaca semi biografi Longki Djanggola itu, Jafar G. Bua menggiring kita masuk kedalam lorong waktu, ke masa lalu, dari seorang pemuda tampan, aktivis mahasiswa di Universitas Indonesia dan terlibat dalam sejumlah dialog dan demonstrasi di tahun 1980. Mereka memperjuangkan agar sumber daya manusia yang lahir di Sulawesi Tengah ini bisa menjadi pemimpin di negerinya sendiri. Kisah itu bisa di baca pada halaman 77 dengan sub judul: Telegram Cinta Gadis Minang.
Perjuangan Longki Djanggola bersama sejumlah rekannya dari Sulawesi Tengah merubah peta politik di Sulawesi Tengah. Dari sana lahir Galib Lasahido gubernur ke-7 pada 1981 dan Longki Djanggola sendiri gubernur ke-12, sejak 11 Juni 2011 dan berakhir pada Rabu, 16 Juni 2021.
Buku Jaket Kuningku, Benih Cinta dan Politik, Semi Biografi Longki Djanggola ditulis dalam lima bagian dan 22 sub judul serta penutup kalam tiga sub judul, diterbitkan Pata Yogyakarta. Dari buku ini pula diketahui, perjalanan sejarah Longki Djanggola sejak menjadi aktivis mahasiswa hingga menjadi Pegawai Negeri Sipil, penuh liku dan tantangan.
Terkadang, banyak pihak melihat kisah sukses seseorang berdasarkan apa yang dilihat di permukaan. Padahal kehidupan itu bagai fenomena gunung es. Di kedalaman sana ada perjuangan, pengorban dan kisah-kisah getir yang kelam. Orang hanya melihat Longki Djanggola gubernur dua periode, sebelumnya Bupati Parigi Moutong. Orang tak tahu jika Longki Djanggola pernah menjadi sopir dr. Yan Kaleb, Kadis Kesehatan Sulawesi Tengah dan Bupati Donggala. Termasuk menjadi sopir Gubernur Aziz Lamadjido. Kisah ini bisa di baca di halaman 68: Sopir dan Tukang Bawa Tas.
Para politisi, apalagi generasi milenial saat ini, perlu membaca buku yang ditulis oleh Jafar G. Bua ini. Narasinya runut, ringan dan enak dibaca, hingga tak terasa, dalam sehari bisa tamat dibaca. Namun sebagai pembaca, tertangkap kesan, jika Jafar G. Bua memiliki ruang yang terbatas untuk menggali lebih dalam kisah-kisah keteladanan Longki Djanggola. Padahal masih banyak kisah-kisah keteladanan yang perlu digali.
Prof. Dr. Zainal Abidin, MA dalam kata pengantar buku ini menulis, “jurus” ampuh yang digunakan Longki dalam menciptakan iklim pemerintahan yang solid adalah “merawat komunikasi dan menjalin relasi”. Selama sepuluh tahun masa kekuasaannya, Longki Djanggola memang “sangat ketat” merawat harmoni di Sulawesi Tengah. Ini mungkin dilakukan karena Sulawesi Tengah sensitif dengan gesekan sosial dan politik.
Walau ketat merawat harmoni sosial di Sulawesi Tengah, Longki Djanggola terbilang salah satu generasi politik yang berani memotong mata rantai sirkulasi elit yang bergerak tak dinamis di Sulawesi Tengah.
Sejak Gubernur Galib Lasahido, sirkulasi kekuasan yang dipimpin oleh putra Sulawesi Tengah telah berlangsung empat puluh tahun dengan lima orang gubernur, termasuk Longki Djanggola. Keberanian itu dimulai sebagai calon Bupati Parigi Moutong.
Faktor merawat komunikasi dan relasi itu hingga Gubernur Aminudin Ponulele ketika itu memberi ruang Longki Djanggola untuk bertarung. Padahal Aminudin sendiri punya calon Andi Azikin Suyuti. Mungkin karena faktor merawat komunikasi dan relasi itu, hingga kisah ini kurang dalam tergali. Cerita ini tertulis dengan judul Menjadi Bupati Pertama di halaman 11.
Buku Jaket Kuningku, Benih Cinta dan Politik, Semi Biografi Longki Djanggola yang ditulis Jafar G. Bua penuh warna dan ragam perspektif. Dari serius hingga yang menggelitik. Ketika itu sang aktivis itu lagi asyik mengurusi demonstrasi di Manado dan Kota Palu, telegram yang dikirim sang pacar membuat Longki Djanggola harus balik ke Kampus Kuning UI untuk menyelesaikan kuliahnya.
Telegram dari sang pacar dan kini menjadi istri tercinta beliau Zalzulmida Djanggola itu sangat tegas, “Bila tak segera pulang menyelesaikan kuliah, hubungan cinta kita sampai disini”. Dan siapa nyana, justru dari telegram itu awal kisah perjalanan karir Longki Djanggola sampai menjadi Gubernur. Dari kisah itu, resensi ini saya beri judul, ‘Jaket Kuning dan Selesai Telegram Cinta”.
Tasrif Siara. Praktisi Komunikasi