Komandor Resor Militer 132/Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Alumni Menwa Antiradikalisasi (Amara), menggelar Seminar Bela Negara bertema Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Kamis, 23 Juni 2022.
Seminar ini diikuti oleh Resimen Mahasiswa Satuan 251 Wiratama Pawana Cakti Universitas Tadulako, Resimen Mahasiswa Satuan 252 Wirakarma UIN Palu dan sejumlah pelajar Sekolah Menengah Atas.
Berni, mantan Komandan Satuan Resimen Mahasiswa Universitas Moestopo (Beragama) pada pengantar seminar banyak menjelaskan jati diri dan posisi Resimen Mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ia menyuarakan optimisme bahwa Menwa merupakan salah satu elemen penting Komponen Cadangan pada Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang sangat berharga untuk dipertahankan keberadaannya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Argumen Berni tersebut didasarkan pada fakta bahwa setiap anggota Menwa adalah bagian dari Civitas Academica yang memiliki kapasitas kecerdasan intelektual relatif di atas rata-rata dan memenuhi kualifikasi kemiliteran dasar berkat pendidikan-latihan dasar kemiliteran yang telah diikutinya.
“Bila negara membutuhkan kekuatan tambahan untuk berperang, maka anggota maupun alumni Menwa merupakan komponen siap-pakai yang bisa diterjunkan segera,” sebut dia.
Di sela-sela presentasi materinya, Berni, sapaan akrabnya membuat quis. Salah satunya adalah siapa yang bisa menghafal Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa pelajar SMA dan juga anggota Resimen Mahasiswa mengacungkan jari. Bagi mereka yang bisa melafalkan naskah UUD 45 tanpa teks, langsung diberi hadiah uang tunai.
Sepanjang materi ke-Menwa-an, tidak kurang 100 pelajar dan anggota Resimen Mahasiswa itu terlihat bersemangat.
Sementara itu, sesi kedua diisi materi Bela Negara untuk Mahasiswa dan Pelajar dalam Menangkal Radikalisme. Materi yang disiapkan oleh Kepala Seksi Teritorial Korem 132/Tadulako, Kolonel Infanteri Fifin Zudi Syaifuddin, S.Pd, disajikan oleh Perwira Seksi Teritorial Mayor Infanteri Djoko Purwantono Hadi.
Materinya memberikan gambaran berdasarkan survey Center for Political Communication (CPCS) yang menunjukkan bahwa sekitar 13,3 persen warga Negara Kesatuan Republik Indonesia menginginkan negara berazas Islam, sementara 81,5 persen masih terus kukuh mempertahankan NKRI, dan 5,2 persen tidak menjawab atau tidak tahu apa-apa soal itu.
Menurut Kasiter, hal itu merupakan salah satu ancaman bagi keutuhan NKRI. Apalagi, dalam sebuah survey yang digelar Badan Intelijen Negara, bahwa sekitar 24 persen mahasiswa dan 23 persen pelajar menginginkan azas negara Islam. Fakta lainnya, sekitar 39 persen mahasiswa perguruan tinggi terpapar radikalisme.
“BIN mencatat ada sekitar 15 provinsi yang menjadi perhatian atas berkembangnya paham radikalisme,” sebut Djoko dalam pemaparan itu.
Olehnya, ia berharap mahasiswa dan pelajar dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga dan mengawal ideologi serta menjaga keutuhan NKRI.
Ia menyatakan bahwa kekuatan Bangsa Indonesia, terletak pada kemanunggalan TNI dan Rakyat, atau kebersamaan antara TNI dengan seluruh komponen bangsa.
Diingatkan pula bahwa Mahasiswa, Resimen Mahasiswa dan Pelajar, harus selalu waspada dengan ancaman nyata, seperti penyebaran idiologi komunis dan radikalisme.
Kegiatan yang digelar di Aula Manggala Cakti, Korem 132/Tadulako, Kamis, 23 Juni 2022 di Palu, Sulawesi Tengah ini berlangsung lancar dan sukses. ***