Aksi borong partai politik pengusung dilakukan oleh Bakal Calon Gubernur dan Bakal Calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Rusdi Mastura – Ma’mun Amir.

Tak tak tanggung-tanggung, sepuluh partai menyatakan diri mendukung pasangan mantan Wali Kota Palu dan mantan Bupati Banggai ini. Mulai dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Golongan Karya (Golkar). Sementara dua partai lainnya yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dipastikan juga memberi rekomendasi bagi pasangan ini. Rusdi usai deklarasi mengakui soal PAN dan PPP. Adapula terselip Partai Rakyat Demokratik (PRD) di antaranya.

“Saya sudah lihat rekomendasi dari PAN maupun PPP. Kalau pun datang ya kita terima, karena itu aspirasi. Dan ada sembilan jadinya partai pendukung. Kita optimis menang, kalau tidak optimis mending mundur,” kata Cudi, sapaan akrab.

Total pasangan Rusdi – Ma’mun mengumpulkan 29 kursi pengusung. Belum lagi bila kemudian Partai Demokrat akan melabuhkan dukungannya pada pasangan ini. Mereka akan bertambah empat kursi lagi.

Sementara itu pasangan Mohammad Hidayat – Bartholomeus Tandigala, pasangan birokrat karir itu, diusung oleh Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Bulan Bintang dan Partai Berkarya. Keduanya mengumpulkan 12 kursi pengusung.

Fenomena borong partai ini disebut oleh kawan saya, Muammar Koloi, penggiat Partai Kebangkitan Bangsa sebagai hal yang wajar. Saat berdiskusi dengannya di sela deklarasi pasangan Rusdi – Ma’mun, ia bilang; “Ada kala dengan banyaknya calon akan menambah besarnya peluang kemenangan yang dapat diraih pasangan yang unggul dari tingkat keterkenalan dan keterpilihan. Ada kalanya dengan head to head macam ini, peluang kemenangan akan lebih besar.”

Ia bicara tak mewakili Partainya. Ia bicara dalam kapasitas pribadi sebagai sesama mantan pegiat mahasiswa di masa lampau.

Dari penjelasannya dapat diduga, dalam hal ini, pasangan Rusdi – Mastura menyimpan kekuatiran, kegamangan atau ketakutan pada pasangan Hidayat – Bartho. Aksi borong partai yang oleh orang disebut sebagai ‘praktik genit’ itu adalah indikasinya.

Tentu saja dugaan ini tak bisa diabaikan begitu saja. Sebab apalagi tujuan mereka memborong semua usungan partai. Padahal mereka tahu belaka, kerap banyaknya suara partai pengusung tak linear dengan perolehan suara calon kepala daerah yang diusung. Pemilih lebih melihat pada figur tinimbang partai. 

Bagaimana pendapat Anda?