Dari penelusuran melalui peta digital Google Maps, maka dapat diketahui bagaimana pola pergerakan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur di sejumlah wilayah di Sigi, Parigi Moutong dan Poso. Penelusuran ini berdasar pula pada rangkaian kejadian di sejumlah titik di wilayah tersebut.
Dari informasi intelijen diketahui bahwa pergerakan Kelompok ini hanya berpindah-pindah dari Lembantongoa, Sigi ke Salubanga, Parigi Moutong lalu ke Poso Pesisir Utara, Poso. Di lain waktu mereka kerap pula menyeberang ke arah Manggalapi, Rejeki, Kecamatan Palolo di Sigi. Jalur ini pula yang memungkinkan mereka bisa turun ke Palu.
Dari Lembantongoa, di titik peristiwa Jumat Berdarah, Jumat, 27 November 2020 ke Salubanga hanya makan sejam dua jam sudah mencapai jalan lurus ke Salubanga. Lalu dari Salubanga ke wilayah Tambarana, Poso Pesisir Utara hanya sekitar 6 jam.
Itu artinya pola pergerakan mereka sudah terpetakan oleh Satgas Madago Raya. Mereka bergerak tak akan jauh-jauh dari wilayah itu.

Dari pengukuran menggunakan menu measure distance yang tersedia di Google Maps dapat diketahui luasan area pergerakan Ali Kalora dan kelompoknya pada cakupan areal seluas 92,71 kilometer per segi (dengan asumsi garis lurus). Namun dari informasi yang ada diketahui mereka menggunakan jalur sungai untuk bergerak dari Lembantongoa, Sigi ke Salubanga, Parigi Moutong dan Poso Pesisir Utara, Poso. Sementara, Salubanga sendiri mencakup areal seluas 45,14 kilometer per segi.

Salubanga, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. (Google Maps)
Adapun jarak dari Lembantongoa ke Salubanga hanya sekitar 21,43 kilometer. Artinya itu bisa ditempuh dengan jalan kaki paling lama dua jam bagi penduduk lokal atau kurang lebih tiga jam lebih bagi yang lain.

Lembantongoa sendiri mencakup areal seluas 131,63 kilometer per segi. Lembatongoa terdiri dari permukiman penduduk asli dan dua satuan permukiman transmigran asal Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur selama beberapa waktu menjadikan lokasi ini sebagai daerah persembunyian, namun tak adanya simpatisan membuat mereka tak bertahan lama. Berbeda dengan wilayah Poso Pesisir Utara, di sana mereka punya cukup pendukung untuk memenuhi kebutuhan logistik, bahkan persenjataan dan amunisinya.
Pada 23 Februari 2021, lalu 1 Maret dan 3 Maret 2021, kelompok ini unjuk gigi. Dua personil Satuan Tugas Operasi Madago Raya menjadi korban. Pergerakan cepat mereka ditunjang oleh pengenalan dan penguasaan medannya. Apalagi jarak antara Salubanga ke Tambarana, lalu ke Gayatri tak terlalu jauh. Wilayah itu pun rata-rata bervegetasi tersier karena banyaknya pembukaan lahan oleh warga untuk bertanam kakao dan kopi.

Itulah yang membuat sumber jafarbuaisme.com di Satuan Tugas Operasi Madago Raya optimis bahwa Ali Kalora dan kelompoknya tak lama lagi akan dilumpuhkan. Sebanyak tidak kurang 600 personil Kepolisian dan TNI dari sejumlah satuan elit kini memburu mereka. Dan kelompok itu tinggal punya tiga pucuk senjata, yakni sepucuk M-16 dan dua pucuk senjata laras pendek. ***