Masyarakat Kota Bandung, Jawa Barat, perlu mewaspadai terhadap penyakit atau . Pasalnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar), angka kasus sifilis atau raja singa tertinggi ada di Kota Bandung. Hal ini diketahui berdasarkan data skrining penyakit sifilis pada 2018-2022.

Ini peringatan khusus buat yang sering gonta-ganti pasangan dalam berhubungan seksual atau memakai jasa pekerja seks komersial. Hati-hati, penyakit sifilis atau raja singa mengintai.

Menurut Kepala Bidang P2P Dinkes Jabar, Rochady HS Wibawa, skrining ini dilakukan di beberapa area tertentu di kabupaten dan kota yang ada di Jabar. Hasilnya, Kota Bandung tergolong paling tinggi kasus raja singa.

“Di Kota Bandung untuk pemeriksaan dilakukan di sekitar 29.552 pemeriksaan itu hasilnya memang 830 orang positif sifilis. Wilayah lain kita adakan pemeriksaan, cuma angkanya fluktuatif sesuai dengan jumlah kepadatan penduduk, Kota Bandung paling tinggi,” ujar Rochady, Sabtu (10/6/2023).

Rochady mengatakan, skrining dilakukan di Kota Bandung dan beberapa wilayah lainnya di Jabar baru di beberapa lokasi tertentu. Artinya, jika skrining dilakukan secara menyeluruh, kasus yang ditemukan bisa lebih banyak dibanding data saat ini.

“Kota Bandung tergolong tinggi angkanya, paling tinggi. Tapi kan kalau kalau dilihat ini aktifnya di area lokalisasi. Kalau dilakukan (skrining) menyeluruh ke setiap rumah, ini angkanya bisa lebih tinggi,” ujarnya.

Untuk di wilayah lain, kata dia, seperti Kota Depok yang tergolong masuk dalam daerah metropolitan. Kasus positif sifilis yang ditemukan, tergolong sedikit. Angkanya bisa dikatakan lebih rendah dibandingkan Kota Bandung.

“Depok dari 10.713 yang diperiksa hanya 3, Bekasi dari 8.548 itu 53. Kalau masalah tergolong kecil atau besar itu tergantung jumlah responden yang kita periksa,” katanya.

Rochady menegaskan, penanganan penyakit kelamin Raja Singa ini terus dilakukan oleh pemerintah pusat, Pemprov Jabar, dan kabupaten kota. Menurutnya, obat untuk menyembuhkan penyakit ini juga telah tersedia di puskesmas masing-masing daerah tinggal masyarakat datang dan berobat.

“Obat tidak masalah di Puskesmas sudah ada, di RS juga ada. Kami di puskesmas sudah ada dengan sesuai dengan SOP karena kalau lihat data dari 3.188 yang tercatat itu yang berobat masih sekitar 1.570 orang,” katanya.

Berdasarkan data Kemenkes, Provinsi Jabar nomor dua kasus tertinggi sifilis. Hal ini diketahui berdasarkan hasil testing yang massif sejak 2018-2022. Tercatat ada 305.816 testing di Jabar, ditemukan 3.186 kasus positif sifilis, kemudian ada 1.500 di antaranya mendapatkan pengobatan. ***

Ikuti jafarbuaisme.com di Google News.