Pengacara Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak mengeklaim dapat info intelijen terkait kasus . Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan H Purwanto, membantah hal itu.

“Tidak benar adanya berita yang menyatakan bahwa memberikan info kepada Kamaruddin sebagaimana dilansir di persidangan oleh pengacara Brigadir J, ,” kata Wawan saat dikonfirmasi, Sabtu, 5 November 2022.

Wawan menyebut pernyataan Kamaruddin yang mengeklaim dapat info dari jajaran BIN merupakan klaim sepihak. Sebab, BIN hanya melaporkan informasi intelijen kepada single client, yaitu Presiden Republik Indonesia.

Wawan menegaskan BIN yang dikepalai Jenderal (Purn) Budi Gunawan merupakan lembaga intelijen negara, yang bekerja bukan untuk kepentingan yang lain. BIN dipastikan sama sekali tidak ikut campur dalam kasus Ferdy Sambo.

“BIN tidak intervensi dalam masalah judikatif. Apa yang terjadi di persidangan adalah mutlak wilayah judikatif. Itu menjadi kewenangan hakim untuk memutus, jaksa untuk menuntut dan pengacara untuk membela kliennya. BIN sama sekali tidak ikut campur,” tegasnya.

Kamaruddin Simanjuntak sempat menyebut dapat informasi dari BIN, Polri, maupun TNI saat memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Saat itu dia bersaksi atas terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E.

“Satu hal yang paling menjengkelkan waktu itu, saya membawa bukti dalam handphone, hasil investigasi saya dari para intelijen baik dari BIN, Polri maupun tentara-tentara yang mitra saya,” kata Kamaruddin beberapa waktu lalu.

Kamaruddin mengaku sudah bergaul dengan intelijen sejak mahasiswa. Bahkan, dia menyebut pernah membela 10 orang intelijen yang disersi, dipecat secara tidak hormat. “Tapi saya bela, kembali lagi mereka ke intelijen,” ujarnya.

Ketika itu, kata Kamaruddin, tidak ada penyidik polisi yang berani menerima bukti dari ponselnya. Kamaruddin harus memindahkan terlebih dahulu data dari handphone ke laptop yang tidak tersambung internet. Lalu ditransfer ke USB atau flashdisk dan pindah lagi ke laptop penyidik.

“Saya jadi heran kenapa mereka takut pada internet. Ternyata saya dapat informasi, bahwa ada alat-alat daripada kepolisian diduga sangat canggih yang memantau pergerakan ini semua, termasuk memantau pergerakan saya,” pungkasnya. ***