https://youtu.be/lAYSgLk4qYg

Badan Seleksi Bakal Calon Gubernur DPD Partai Gerindra Provinsi Sulawesi Tengah telah memutuskan hanya satu bakal calon yang akan diusulkan ke DPP Partai Gerindra, pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng 2020.

“Berdasarkan sejumlah penilaian dan analisa tim Bansel, maka disepakati hanya satu nama yang akan direkomendasikan kepada Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng, Longki Djanggola untuk kemudian diusulkan ke DPP, yakni Mohammad Hidayat Lamakarate,” kata Ketua Bansel, Stivan Helmi Sandagang menandaskan.

Selebihnya, langkah politik selanjutnya diserahkan pada Hidayat sebab sampai kini belum ada bakal calon wakil gubernur yang akan mendampinginya. Sebelumnya, banyak pihak melihat bahwa mantan Bupati Morowali dan Anggota DPR RI, Anwar Hafid yang bakal mendampingi Hidayat. Sayangnya, Anwar punya langkah sendiri. Ia berkeinginan maju sebagai calon gubernur, bukan wakil.

Sekarang, kita kesampingkan soal itu dulu, sebab kita yakin Hidayat punya pertimbangan sendiri memilih bakal calon pendampingnya. Sekarang mari kita lihat kelebihan-kelebihan dan keuntungan-keuntungan yang dimiliki Hidayat.

Dimulai dari keluarga. Simak saja pohon keluarga, Hidayat tergolong unik. Memiliki keluarga besar di Sigi dan Lembah Palu pada umumnya dari garis ayah Baso Lamakarate. Lalu memiliki rumpun keluarga besar Tandjumbulu di Ampana, Tojo Unauna dan sekitarnya. Bahkan memiliki kekerabatan kuat dengan sejumlah pemukim asli di Parigi melalui garis perkawinan keluarga.

Dengan kekerabatan macam itu, maka peluang kemenangannya di wilayah-wilayah tersebut bisa ditakar. Popularitasnya di wilayah Banggai bersaudara juga harus diperhitungkan. Penugasannya di Banggai Laut menjadi deposit menguntungkan. Kemenangan istrinya Winiar Lamakarate sebagai anggota DPRD Sulteng dari wilayah itu banyak ditentukan oleh sosoknya.

Lahir di Palu, 8 Oktober 1970, Hidayat menjalani pendidikan SD hingga SMA di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Alumni SMA Negeri 2 Palu ini lalu melanjutkan sekolah di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri, Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan ke Jurusan Politik, Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta. Magister Sosiologinya didapat dari Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. Gelar Doktor dalam Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Administrasi Publik diraihnya dari Universitas Tadulako.

Sebagai birokrat, karirnya termasuk cemerlang. Pada 2003-2006, ia menjadi Camat Palu Timur. Lalu menjadi Kepala Bagian Kepegawaian Kota Palu pada 2006-2007. Pada 2007-2009, ia dipercaya menjadi Kepala Bidang Pengembangan Karir Badan Kepegawaian Daerah Kota Palu. Pada 2009-2010, ia menjadi Sekretaris DPRD Kota Palu. Ia juga pernah menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu pada 2010-2012.

Pada 2012, ia dipanggil Gubernur Sulteng Longki Djanggola menjadi Kepala BKD Provinsi Sulteng. Lalu dengan pertimbangan kecakapan dan kemampuannya, pada 22 April 2013, ia ditunjuk menjasi Penjabat Bupati Banggai Laut, daerah otonomi baru pecahan dari Banggai Kepulauan.

Saat Kota Palu menghelat Pemilihan umum kepala daerah pada 2015, ia ditunjuk menjadi Penjabat Walikota. Puncaknya pada 11 Agustus 2017, ia dilantik sebagai Sekdaprov Sulteng.

Penyuka olahraga diving ini, juga sangat suka pada tanaman. Saat menjadi Penjabat Bupati Banggai Laut, ia menata alun-alun kota menjadi ruang terbuka hijau yang saat ini dinikmati oleh warga setempat. Saat menjadi Penjabat Walikota Palu, Taman Vatulemo yang lama tak diperhatikan kembali ditatanya.

Itu kelebihan-kelebihan yang tak dipunyai bakal calon lain. Jejak karir dan penugasannya bisa menjadi alat ukur kemampuannya. 

Ditambah lagi dia adalah Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah saat ini, banyak keuntungan yang diperolehnya. Ruang kampanye terbentang sepanjang wilayah 13 kabupaten dan kota di daerah ini. Waktu 1 x 24 jam tersedia untuknya menyosialisasikan dirinya dalam pelbagai acara, baik pribadi maupun kedinasan. Meski ia tak bicara soal tekadnya maju bertarung di Pilgub 2020, semua orang mahfum adanya. 

Asal tak melanggar aturan, keuntungan yang dimiliki Hidayat itu adalah peluangnya “berkampanye”. Tinggal siapa yang bakal menjadi pendampingnya, itulah yang kita nanti. ***