Menyaksikan para gembala beramai-ramai memandikan kerbau atau sapi di sungai, mungkin sudah biasa. Tapi bagaimana, bila para joki berkumpul lalu memandikan kuda-kuda pacu mereka di laut?

Di Palu, Sulawesi Tengah, tradisi yang dalam bahasa Ledo, bahasa ibu masyarakat setempat dikenal sebagai moriu jara, menjadi atraksi rutin saban minggu. Sebelum dimandikan, kuda yang rata-rata dari jenis semi ras itu beradu pacu menyisiri bibir laut Teluk Palu. Menarik bukan?!

Sayang, tradisi itu tak lagi bisa kita saksikan di bibir laut Teluk Palu. Amuk Tsunami 28 September 2018 sudah menghapus jejaknya.

Ingatan saya melayang ke tempo itu. Hari masih pagi, laut teluk terlihat tenang. Satu dua perahu nelayan bergerak perlahan. Para atlit dayung juga memanfaatkan waktu untuk berlatih. Warga lainnya, menikmati pagi dengan berjalan di atas pasir pantai.

Tak cuma menikmati panorama indah Teluk Palu, kita bisa menyaksikan atraksi tradisi moriu jara atau memandikan kuda pacu di Teluk Palu. Tradisi ini digelar saban Minggu tiap pekan bila laut tak lagi pasang naik.

Satu demi satu kuda pacu yang dituntun para jokinya berdatangan. Masing-masing kuda ini, tentu punya nama. Saya mengingat ada yang dipanggil Pesona Nagari, jokinya Mohammad Syarif. Ia sudah bertahun-tahun meneruskan tradisi ini di Teluk Palu. Lalu ada pula Abdul Muin dengan kudanya bernama Torabelo. Dalam Bahasa Indonesia, ini berarti mengingat kebaikan.

“Ini supaya kuat dan sehat. Selain bersih, otot-ototnya akan kuat. Aman juga dari penyakit kulit karena dimandikan di air garam,” kata Muin kala itu.

Baik Syarif maupun Muin, saya tak dengar lagi kabarnya. Saya berharap mereka berdua masih bisa kembali moriu jara di Teluk Palu.

Sebenarnya, bagian dari tradisi ini yang ditunggu-tunggu, bukan cuma saat kuda-kuda pacu itu dimandikkan. Ternyata, sebelum dimandikan, kuda-kuda pacu itu beradu balap menyisir bibir laut Teluk Palu. Sekadar agar badan kuda menjadi hangat dan berkeringat. Juga untuk mempertunjukkan kejagoan kuda-kuda pacu mereka.

hiattt…hiattt…hati-hati! Warga yang tengah menikmati Teluk Palu harus menepi. Bila tidak bisa diseruduk kuda yang tengah berpacu itu, loh.

Nah, usai beradu pacu, kuda-kuda dibiarkan tenang dulu sampai keringatnya kering. Lalu dibawa ke dalam laut dan dimandikan. Itu waktu khusus bagi-bagi anak-anak bermain. Anak-anaklah yang lebih banyak turun ke laut memandikan kuda, ditemani oleh joki atau orang tua mereka juga pemilik kuda.

Tradisi memandikan kuda pacu di Teluk Palu sudah dilakukan turun temurun oleh generasi joki di Kota Palu dan sekitarnya. Mereka berharap agar kudanya menjadi lebih sehat dan kuat.

Saya menanti kembalinya para joki kuda pacu itu ke Teluk Palu. Saya menantinya dengan penuh kerinduan. ***