“Berhenti…Berhenti…Ayo makan dulu…”

Panggilan ini akan kita dengar saat baru memasuki Kota Pasangkayu, Sulawesi Barat. Di sudut bundaran kota, di sebelah kiri setelah Tugu Smart Pasangkayu berdiri dapur umum untuk relawan Gempabumi Majene – Mamuju.

Semua relawan yang akan memasuki wilayah terdampak gempa di bagian barat Sulawesi itu akan dijamu di sini. Dapur ini disiapkan oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Pasangkayu. Para pengelolanya adalah staf sekretariat daerah. Menunya persis warung tegal. Ada kangkung cah, telur dadar dan lainnya. Kopi jadi pamungkasnya.

Seperti diketahui, merujuk laporan Badan Search and Rescue Nasional, Kantor Pencarian dan Pertolongan Mamuju pada Kamis, 21 Januari 2021, jumlah korban tewas akibat gempa bermagnitudo 6,2 pada Jumat, 14 Januari 2021 yang mengguncang Sulawesi Barat itu mencapai 91 orang. Tiga orang di antaranya dinyatakan hilang.

Dari 91 korban itu, 80 orang di Mamuju dan 11 orang di Majene. Dari keseluruhan korban yang dievakuasi 18 orang di antaranya selamat. Mereka tertimbun reruntuhan bangunan gedung dan rumah. Sementara pengungsi mencapai 15 ribu orang.

Sejak Jumat, bantuan segera mengalir ke sejumlah wilayah terdampak. Para relawan membawa berton-ton bahan makanan dan kebutuhan penyintas bencana lainnya sudah sampai di Kota Mamuju dan Majene. Dari arah Palu, bantuan Pemerintah, masyarakat, lembaga nonpemerintah bahkan pribadi mengalir deras. Dari arah Makassar begitu pun adanya.

Dan dapur umum adalah kebutuhan yang disegerakan. Tak cuma Pemerintah yang punya inisiatif, masyarakat setempat pun mengambil peran.

“Terima kasih Sulawesi, ternyata kepedulian dan solidaritas sosial kita masih sangat kuat. Dapur umum ini langkah sederhana merawat kepekaan hati kita, merawat kepedulian kita kepada sesama, membina solidaritas kita pada yang tertimpa musibah,” aku Mochtar Mahyuddin di Dapur Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasangkayu, Selasa, 19 Januari 2021.

Mochtar dan kawan-kawannya baru saja pulang dari membawa bantuan pangan dan perlengkapan bayi untuk warga terdampak gempabumi di Mamuju.

Mereka membawa bantuan dari Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Ketua PKK Sulteng Zalzulmida Aladin Djanggola, para anggota DPRD dan politisi dari Partai Gerindra Sulteng, ibu-ibu rumah tangga, pengusaha serta masyarakat umum. Mereka mengumpulkan bantuan sebanyak-banyak lalu dibawa ke wilayah terdampak.

Amin Panto, politisi dan pegiat kepecintaalaman Sulawesi Tengah seperti Mochtar juga beranggapan serupa. Ia pun mengucapkan terima kasih atas kepedulian itu.

“Ini sesuatu yang luar biasa. Kita ternyata idak kekurangan orang-orang baik dan peduli. Ini hal sederhana tapi sungguh luar biasa,” kata dia.

Di Pasangkayu, ada Irvan, staf Sekretariat DPRD Pasangkayu yang menjadi koordinator dapur umumnya. Ada Sekretaris DPRD Mohammad Zain Machmoed yang langsung mengawasinya untuk memastikan bahan pokok dapur itu tercukupi. Para pemangku kepentingan seperti Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Zulfikar turut andil. Ketua DPRD Pasangkatu Hj. Alwiaty pun turun tangan.

Di Kota Mamuju ada Kepala Dinas Pemerintah Provinsi Sulteng Ridwan Mumu dan Kepala Dinas Sosial Kota Palu Romi Sandi Agung yang mendirikan Dapur Umum. Mereka membangun dapur di lingkungan Kantor Gubernur Sulawesi Barat. Saban hari mereka menyiapkan tidak kurang 5 ribu nasi bungkus bagi relawan dan penyintas bencana.

“Saya di sini sejak Jumat malam. Pagi hari saya sudah ditelpon Pak Gub, Pak Longki menanyakan kesiapan kami untuk penanganan kedaruratan. Kami bilang Dinas Sosial siap untuk terjun langsung. Kami membawa dapur lapangan dan bahan pangan. Para staf juga siap sedia bertugas. Dan inilah kami,” kata Ridwan saat saya temui, Senin, 18 Januari 2021.

Romi dan stafnya pun saat mendengar kabar bencana menimpa Sulawesi Barat segera bergegas.

“Kita sudah punya pengalaman serupa ditimpa bencana dahsyat dan saat itu bantuan dari daerah lain termasuk dari Sulawesi Barat mengalir deras. Saatnya kita turun membantu mereka,” sebut dia.

Dapur umum ini pula yang sewaktu-waktu menjadi harapan tak kurang 15 jurnalis dari Palu yang berposko di lingkungan kantor gubernur itu.

Suatu waktu, Yardin Hasan mendapat bagian 15 nasi bungkus dari dapur umum Dinas Sosial Kota Palu. Lelaki asal Balantak, Banggai ini adalah Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu. Ia mewakil kawan-kawannya untuk urusan ‘kampung tengah’ macam ini.

Saya dan pastinya para relawan serta warga terdampak pun merasakan ‘kemurahan hati’ dari dapur umum Pemerintah ini. Meski dapur tak mampu melayani seluruh kebutuhan makanan, paling tidak ada upaya yang sudah dilakukan.

Meminjam bahasa Mochtar, dapur umum ini memang langkah sederhana merawat kepekaan hati, kepedulian dan solidaritas.

Sulawesi! Kita tidak kekurangan orang-orang baik. ***