Pasca peristiwa Jumat Berdarah Lembantongoa, 27 November 2020, kelompok Mujahiddin Indonesia Timur mulai terpecah. Ali Kalora tetap dianggap amir oleh kombatan asal Poso, yakni Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang. Sementara Qatar menjadi kiblat Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh dan Askar alias Jaid alias Pak Guru yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat serta Jaka Ramadan alias Ikrima alias Rama kombatan asal Banten.

BACA INI JUGA:  Diterima dengan Tradisi Sarat Makna: Brigjen TNI Deni Gunawan Resmi Jabat Danrem 132/Tadulako

Dilaporkan Ali Kalora masih dalam perawatan luka tembaknya akibat kontak di Pegunungan Andole, Tambarana pada 1 Maret 2021, sementara dua kombatan asal Poso lainnya dalam keadaan sakit. Dilaporkan mereka akan menyerahkan diri kepada Satuan Tugas Operasi Madago Raya. Hanya saya belum diketahui kapan kepastian mereka akan menyerahkan diri.

“Ali Kalora sudah tertembak. Ahmad Gazali dan Rukli dilaporkan dalam keadaan sakit. Mereka itu sudah mau turun kampung, mau menyerah. Jadi yang mau menyerah itu Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, tapi mereka takut pada Qatar,” sebut Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf.

BACA INI JUGA:  Nah Loh, KemenPAN-RB Akui Tak Tahu Menahu Soal Tes ASN KPK

Sesuai laporan, menurut Farid, Qatar mengancam mereka. “Kalau kalian mau turun kampung menyerah, saya akan bunuh keluarga kalian,” demikian kata dia menirukan Qatar.

BACA INI JUGA:  Ini Kronologi Lengkap Kebakaran Markas Kodim 1307/Poso

“Mestinya dia tidak perlu kuatir soal ancaman itu. Kita bisa menjaga keluarga mereka sembari mereka turun gunung dan menyerahkan diri lalu diproses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tukas mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.

Siapa saja yang disebut oleh Danrem Farid akan menyerah itu? Ini profil lengkapnya.