Kanjeng Raden Aryo Hadiningrat Kasman Lassa, Bupati Donggala periode 2014—2019 dan 2019—2024 kerap mengeluarkan bahasa, “Saya doti kamu” buat lawan-lawan politiknya. Dalam sebuah rekaman video yang beredar pada 2019, Kasman Lassa mengancam akan men-doti Abubakar Aljufri, seorang politisi Partai Golkar. Sebenarnya apa itu Ilmu Doti?
Ilmu Doti adalah ilmu santet dalam Bahasa Tara. Bahasa ini adalah sub bahasa dalam suku Kaili yang lazim digunakan oleh masyarakat Parigi Moutong di sepanjang Ampibabo hingga Maleali di perbatasan Kabupaten Parigi Moutong dan Poso.
“Ane komi mangangga, ku doti komi.” Frasa dalam Bahasa Kaili Tara ini bila ditranlasi berarti; “Bila kamu mencuri, saya akan menyantetmu.”
Bahasa ini digunakan pula di Tondo, Palu Timur, juga di Talise hingga Lasoani dan Kawatuna, Mantikulore namun berbeda pada beberapa kata dan dialeknya.
Nah, soal Ilmu Doti atau ilmu santet, hingga awal 1990-an begitu akrab dengan kehidupan masyarakat hampir di seluruh wilayah Parigi Moutong. Parigi Moutong terdiri dari 23 Kecamatan dan 278 kelurahan serta desa. Selain Suku Asli Kaili Tara, wilayah ini juga punya pemukim bersuku Tajio, Lauje dan lainnya.
Doti atau ilmu santet dapat diwujudkan dalam bentuk mantra-mantra atau benda-benda yang diisi dengan mantra. Benda yang diisi mantra misalnya di senjata tajam, pakaian atau kopiah kita. Ada pula mantra yang dipakai pula saat melakukan sesuatu seperti bersisir, berbedak, mandi atau keluar rumah juga berdagang. Perantara Doti bisa Sando atau Dukun, Topo Doti atau kita sendiri yang mempelajarinya.
Doti yang berhubungan dengan penjagaan harta benda agar tidak dicuri dikenal luas di Parigi. Ada kejadian di mana orang makan mangga, kelapa atau durian curian yang kemudian perutnya membengkak setelahnya.
Pengasihan atau Doti yang berhubungan dengan perempuan pun dikenal di Parigi. Doti pengasihan ini akan dipakai bila misalnya ada seorang pemuda yang menyukai perempuan lalu dia menampiknya. Maka ada frasa yang dulu begitu akrab di telinga masyarakat Parigi; Cinta ditolak, doti bertindak.”
Ilmu Doti ini juga kemudian dipengaruhi oleh masuknya Islam ke wilayah Parigi mendekati akhir abad ke-16. Wilayah Parigi yang masih diperintah Raja-raja mulai menerima Islam pada saat pemerintahan Maradika Langimoili yang memerintah Kerajaan Parigi pada 1579-1602. Ia diberi nama Islam; Sheikh Maliq Ash Shiddiq oleh Dato Mangaji, penyebar Islam dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Ilmu Doti pun mulai memasukkan kalimat-kalimat berbahasa Arab seperti Bismilah, Barakallah atau Lailahilallah yang pengucapannya disesuaikan dengan dialek Bahasa Tara. Bahkan ada yang mengikutsertakan nama Fatimah Azzahrah, Putri Rasulullah SAW.
Salah satu contoh Doti pengasihan yang populer di kalangan anak muda Parigi kala itu adalah Pogoli Lara (Membolak-balik Hati – Bahasa Tara).
Mantranya seperti ini; “Iko Sitti Fatimah, Iko Sitti Maerah, Kenika Yaku (…menyebut nama perempuan yang kita sukai…) Sumilah, Baraka Doa, Lailahailallah.”
Mantra Doti Pogoli Lara ini dibaca saat tidur malam. Caranya dengan membolak-balikkan bantal tiga kali berulang dan mengusapnya tiga kali pula. Diharapkan dari laku itu, perempuan yang kita sukai akan gelisah hatinya lalu datang menemui kita.
Ada pula mantra yang dibaca saat bersisir. Begini bunyinya; “Salaga Juri Kotibangu Kabo Labanga. Sumila. Barakah Doa. Lailahailallah.”
Saya pribadi menganggap doti atau ilmu santet itu sebagai kekayaan adat istiadat dan budaya masyarakat. Itu adalah bagian dari kearifan tetua kita tempo dulu. Bila pun ada yang menggunakannya mencelakai orang lain, itulah yang kita sebut ilmu hitam.
Lagi pula di era milineal yang semuanya serba digital ini mana ada lagi Ilmu Doti mempan dipraktikkan. Ilmu Doti yang mumpuni saat ini adalah uang, emas, mobil atau harta benda lainnya.
Dalam kacamata kekinian itu, saya melihat mantra-mantra Doti tak ubahnya bak puisi doa penuh pengharapan. Juga sekadar baris-baris rima pantun. Olehnya, bagi para jomblowan pun jomblowati tak usah praktikkan mantra-mantra Doti pengasihan itu ya! Yakin saja, itu tidak akan mempan lagi. ***