https://youtu.be/xdMkd7Ey1Y8

Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu memang penuh kontroversi. Mulai dari marah-marah saat apel pagi, memakai banyak emblem di baju yang dipakainya, konser di Singapura hingga rambut skin fadenya.

Saya, orang yang tak kenal secara pribadi dengan sosok Wakil Wali Kota Palu dan kini bakal Calon Gubernur Sulawesi Tengah ini.

Saya baru berkenalan saat bersama Tim Rumah Sepeda, salah satu Klub Sepeda di Palu menemaninya menyusuri jalanan di Kota Palu, pada suatu waktu. Saya mendapat kesan berbeda terkait dia.

Sapaan khasnya: “Bro,” bila ia menyapa sesiapapun yang ditemuinya. Wakil Kepala Daerah yang seorang musisi ini memang menampilkan sesuatu di luar kelaziman. Itu terlihat saat dia menyapa tukang parkir di Anjungan Nusantara Teluk Palu sebelum tsunami melumat habis ruang terbuka hijau itu. 

Begitu pula saat ia makan nasi kuning berbungkus daun pisang di Kampung Kaili, Teluk Palu. Santai tanpa beban keprotokoleran. Staf protokolernya pun tak kaku. Bahkan cenderung memberi ruang luas bagi dia untuk bersosialisasi.

Lelaki yang lahir di Donggala, 27 November 1979 tampil hampir-hampir nyeleneh. Kedua pangkal lengannya dihiasi tattoo. Ada pula di pangkal kakinya. Tapi menurut dia, selama kewajibannya tidak terabaikan, semua itu bukanlah masalah. Termasuk saat dia mengecat rambutnya berwarna pirang untuk kebutuhan performancenya sebagai artis.  

“Yang salah itu kalo Pasha berambut pirang lalu tak menunaikan kewajiban,” begitu kata dia di detikcom. 

Belakangan, dia menggunduli rambutnya setelah disentil Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Cuma bila ada menyebut dia emosional, bisa jadi. Sekali kesempatan itu saya menyaksikan dia bersuara keras pada stafnya yang lupa di mana satu telepon genggamnya disimpan.

Penampilannya pasca bencana dahsyat meluluhlantakan Padagimo – Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong, 28 September 2018 lalu juga menarik perhatian. Dengan pakaian dinas lapangan Satuan Polisi Pamong Praja, ia terlihat menyingsingkan lengan mendistribusikan bantuan sandang pangan kepada warga terdampak. Ada yang bilang itu pencitraan, tapi Pasha tak ambil pusing. 

Pasha memang pemimpin zaman milineal. Lelaki beranak tujuh ini memang penuh gaya dan warna. Kita kadang-kadang memang sesekali harus bertemu dengan pemimpin yang out of box macam ini. 

Pasha mungkin akan jadi satu-satunya, wakil kepala daerah yang punya tato di badan atau berulah di luar kelaziman. Apalagi bila nanti dia menang jadi Wakil Gubernur Sulteng pada Pemilihan Kepala Daerah 9 Desember 2020 mendatang. ***