Rembulan di atas kota. Datang malu-malu usai berbuka. Cerah sinarnya meski awan berarak menjadi tirainya. Dia tak tahu insan di bumi tengah didera duka. Sebab wabah tiba tanpa mesti mengetuk pintu. Kadang lama menetap. Meski ada pula yang memilih pergi lebih cepat. Rembulan itu tak tahu. Sebab ia hadir cuma sebentar. Malam ini datang, lalu dinihari beranjak pergi. Ia sudah mengikat janji dengan mentari. Waktu malam untuknya, dan siang buat mentari. Itu sebabnya dia diberi julukan; Ratu Malam. Sedang Mentari adalah Raja Siang. Bila Sang Ratu penuh keteduhan dan kesejukan, Sang Raja sinarnya terik nan membakar.