Ilyas Umala adalah mantan anggota Komisi Pemilihan Umum Donggala dan pegiat organisasi sosial keagamaan di Palu, Sulawesi tengah. Pasca bencana dahsyat yang melanda Kota Palu, 28 September 2018 kemudian hantaman pandemi Covid-19, ia tak lagi bisa menjalani aktivitasnya.

Tentu saja, kejenuhan datang menyergap. Ia punya cara membunuh waktu yakni bertanam sayuran hidroponik. Ia mengajak ibu-ibu rumah tangga di lingkungan permukimannya di Kabonena, Palu Barat, Sulawesi Tengah untuk membantu.

Tengok saja kebun hidroponiknya. Sayuran kangkung, sawi dakota dan sawi patchoy tumbuh subur. Sayuran nan menghijau itu terlihat segar dan bersih karena tak ditanam di media tanah sehingga bila ada yang datang membeli tinggal diangkat dari wadah tanamnya.

Sebelum berkembang dan tumbuh subur nan menghijau ini sejumlah proses budidaya harus dilalui. Paling awal tentu saja adalah pembibitan. Benih-benih sayuran dibibitkan di atas rockwool atau karet busa yang diletakan di atas nampan plastik dengan air bernutrisi. Benih-benih sayuran langsung ditanam seperti ketika kita menanam benih di pesemaian dengan media tanah.

Bibit baru akan dipindahkan ke media tanam hidroponik sekitar dua minggu atau tergantung usia matang bibit. Itu bisa dilihat dari akarnya serta batangnya yang sudah tumbuh sehat dan kuat. Rockwool atau karet busa yang menjadi media tanamnya bibitnya sudah diiris-iris seukuran 2,5 x 2,5 centimeter. Itulah yang nanti langsung ditanam di media yang sudah tersedia.

”Jadi ini sudah dikenal. Ada orang datang sendiri membeli. Ini dijual juga ke sejumlah swalayan di Palu,” kata Ilyas.

Budidaya hidroponik memang keren, begitu kata Zainab, ibu rumah tangga yang membantu ilyas berusaha budidaya sayuran hidroponik. Dia yang bertanggungjawab untuk memilih benih yang akan dibibitkan sebelum dipindahkan ke green house. Benih-benih yang sudah disiapkan. Dikecambahkan di atas sehelai kain atau wadah lain yang dibasahi. Setelah tumbuh tunasnya lalu dipindahkan ke media tanam tadi.

”ini punya keasyikan tersendiri. Kita membibit, kemudian menanam seperti ini. Kita tidak punya waktu khusus, seperti misalnya pagi harus mengcangkul di kebun. Ini tengah malam atau sore seperti ini bisa kita lakukan. Keren kan?,” ujar Zainab.

Nah, menarik bukan?! Budidaya hidroponik dapat dilakukan siapa saja. Mulai dari ibu rumah tangga sampai aparatur sipil negara atau karyawan swasta. Selain mengusir kejenuhan, ini bisa membantu pemenuhan pangan keluarga dan bernilai ekonomi tinggi. Hasilnya dapat dijual ke swalayan-swalayan atau ke warga sekitarnya. ***