Dua jenazah yang tewas tertembak Komando Operasi Gabungan Khusus (Koopsgabssus) Tricakti telah dimakamkan di Pekuburan Umum Poboya, Mantikulore, Palu. Pemakaman dilakukan usai proses identifikasi dan otopsi yang dilakukan tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis) Polda Sulawesi Tengah di RS Bhayangkara Palu.

Wakil Kepala Satgas Humas AKBP Bronto Budiyono, menyatakan bahwa jenazah dalam keadaan sudah rusak dan membusuk sehingga langsung dimakamkan. Itu juga menyulitkan identifikasi kedua jenazah ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, prajurit TNI Koopsgabssus Tricakti menembak mati dua anggota teroris . Keduanya ditembak saat penyergapan di Pegunungan Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, pada Minggu (11/7/2021) lalu.

Saat itu beredar informasi yang ditembak mati tersebut adalah Ahmad Panjang dan Rukli, DPO asal Poso. Namun dari foto yang beredar ada perbedaan mendasar profil wajah mereka. 

Profil Ahmad Gazali dan Rukli

Coba kita simak profil berikut ini: Dimulai dari Ahmad Panjang bernama asli Ahmad Gazali. Ia juga punya nama alias Basir. Dari data diri yang ada diketaahui Ahmad lahir pada 26 April 1994. Diketahui, ia berasal dari Kayamanya, Poso Kota.

Ciri-ciri umumnya adalah berbadan kurus tinggi dengan tinggi badan sekitar 172 centimeter. Rambutnya pendek bergelombang, bermuka lonjong dengan bibir tebal.

Orang tuanya dulunya bermukim di Kayamanya, Poso Kota, namun sekarang pindah dan menetap di Makassar, Sulawesi Selatan. Diketahui Ahmad sudah menikah.

Bagaimana dengan Rukli. Ia berasal dari Palu dan menikah dengan warga Poso. Sebelumnya ia bergabung dengan Kelompok Yasin, amir Jamaah Ansharut Tauhid Poso. Rukli diketahui berjualan BBM eceran dengan Ahmad Gazali di sekitar SPBU Moengko. Ia memiliki anak satu.

Ciri-ciri umumnya, berbadan sedang kurus, berkulit sawo matang dengan tinggi sekitar 165 centimeter. Rambutnya ikal dan tidak berjenggot maupun berkumis.

Diketahui, Rukli lahir di Ponggerang, Pantai Barat, Donggala pada 29 Desember 1999.

Profil Qatar dan Askar

Sementara ini, dari sejumlah informasi yang beredar yang tertembak itu adalah Qatar alias Farel dan Askar alias Jaid alias Pak Guru alias Hamzah. Kesimpulan itu dilihat dari foto yang beredar. Sesuai ciri-ciri yang ada foto itu mengarah pada profil Qatar dan Askar, namun benar atau tidaknya baiknya kita menunggu hasil identifikasi tim DVI .

Seperti diketahui kelompok sipil bersenjata yang menamai diri Mujahiddin Indonesia Timur saat ini telah terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipimpin oleh Ali Kalora dan kelompok kedua dipimpin Qatar alias Farel alias Anas.

Dari 9 orang anggota MIT, ada 4 orang Poso yakni Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang. Mereka saat ini diduga masih berada di sekitar wilayah Poso Pesisir Utara. Kelompok ini dipimpin Ali Kalora.

Sementara itu 4 orang lainnya yakni Qatar alias Farel alias Anas, Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh dan Askar alias Jaid alias Pak Guru berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Adapun Jaka Ramadan alias Ikrima alias Rama berasal dari Banten. Mereka dipimpin Qatar. Kelompok inilah yang berpindah-pindah dari Poso Pesisir Utara, Poso ke Salubanga, Parigi Moutong, dan Lembantongoa, Sigi.

Siapa sesungguhnya Qatar? Lelaki asal Bima, Nusa Tenggara Barat ini dikenal garang. Ia mulai bergabung dengan MIT sejak masih dipimpin Santoso alias Abu Wardah yang tewas ditembak Satuan Tugas Operasi Tinombala pada 18 Juli 2016.

Ia aktif dalam tadrib asykari atau pelatihan milisi yang digelar Santoso. Ia licin bak belut. Berkali-kali diburu, ia terus lolos. Ia adalah eksekutor utama dari sejumlah penyerangan.

Dua bulan lalu, ketika Ali Kalora menyatakan akan menyerah, Qatar yang justru menghalangi keinginannya. Ali kemudian tertembak pada kontak 22 Maret 2021 lalu.

Pengamat terorisme sekaligus Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones bahkan menyebut Qatar yang lebih berpengaruh dibanding Ali Kalora dalam tubuh MIT.

“Jangan lihat Ali Kalora sebagai pemimpin satu-satunya di kelompok itu sepeninggal Santoso. Ada pemimpin kedua yakni Qatar dari Bima yang sudah lama bergabung sejak Santoso masih hidup. Ia lebih kharismatik dari Ali Kalora,” sebut Sidney yang pernah lama menetap di Indonesia itu.

Dari laporan yang ada diketahui Qatar alias Farel alias Anas tercatat lahir pada 10 Agustus 1994, artinya saat ini ia baru berusia 27 tahun.

Sebelum ke Poso, ia bermukim di Bima. Ia adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah yang ditengarai berada di belakang sejumlah aksi teror di kota berjuluk ‘Kota Tepian Air' itu.

Di Kartu Tanda Penduduknya, nama aslinya adalah Muhammad Busra. Alamat aslinya di Desa Wae Racang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur sebelum pindah ke Bima.

Ciri-ciri paling menonjol Qatar adalah berkulit sawo matang agak bersih, berambut keriting, berbibir tebal dan berhidung bulat kecil.

Dan siapa pula Pak Guru? Di daftar pencarian orang orang (DPO) yang dikeluarkan Detasemen 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Indonesia sejak 2014, tercatat seorang dengan nama Askar alias Jaid alias Pak Guru alias Hamzah.

Saat ini ia bergabung dengan kelompok MIT yang dipimpin Qatar alias Farel alias Anas di wilayah Lore Timur, Poso, Sulawesi Tengah.

Siapa sebenarnya lelaki ini dan apa keahliannya? Dia terlahir dengan nama Alikhwarisman pada Kamis, 3 November 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Keluarganya sudah lama bermukim di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Ia kemudian menetap di Dompu. Sejak 2012, ia aktif di keanggotaan Jamaah Ansharut Tauhid setempat.

Pada November 2014, Askar alias Jaid alias Pak Guru alias Hamzah datang ke Poso, Sulawesi Tengah memenuhi undangan Santoso alias Waluyo alias Abu Wardah untuk melatih asykari di wilayah Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Keahlian utamanya adalah meracik dan merakit bom. Keahlian itulah yang diajarkan pada asykari yang dipimpin oleh Santoso saat itu.

Karena itu pula kelompok ini selalu bisa memakai bom dalam serangan-serangan mereka. Bahkan ditengarai mereka masih menyimpan 49 bom lontong aktif.

Lelaki ini dikenal lincah bergerak di lapangan. Maklum tingginya hanya sekitar 155 centimeter. Rambutnya panjang berombak dan sering diikat. Wajahnya lonjong dengan hidung bulat kecil dan berbibir tebal. Ia menjadi andalan Qatar di kelompok kedua MIT itu.

Jadi, siapa sebenarnya kedua teroris yang ditembak mati di Pegunungan Tokasa itu? Ahmad Gazali dan Rukli atau Qatar dan Askar?