https://youtu.be/U3qHML7ZJWc

Dik, seharusnya kau ada di sini. Membuatkan Abang kopi yang kepulan asapnya beraroma cinta. Lalu sepotong dua gabin manis sudah pula Adik siapkan di piring kecil merah hati itu.

Dik, tapi Abang tak boleh cengeng. Ini demi Merah Putih. Demi tanah air dimana Abang dan Adik serta semua orang menghirup udaranya.

BACA INI JUGA:  Merasakan Sensasi Masjidil Haram Mekkah di Masjid Ka'bah Palu

Dik, jangan marah dan patah hati, bila tak biasanya, tak sepotong pesan pun sampai ke adik berbulan-bulan. Abang dan kawan-kawan di sini. Di tanah yang jauh. Kerap tak ada listrik, bahkan sinyal komunikasi apapun.

BACA INI JUGA:  Socrates, Xanthippe dan Hujan yang Datang setelah Petir

Oh iya, dik. Di sini ada bukit kecil yang kerap Abang daki, bila hendak menghubungimu sewaktu-waktu. Lucu, dik. Hanya ada satu titik di mana abang bisameneleponmu. Suatu waktu Abang akan menceritakannya lebih banyak padamu.

BACA INI JUGA:  Cerita Dari Masjid ke Masjid

Dik, tak usah merindu pada Abang. Kata anak-anak muda itu, rindu itu berat, biar Abang saja yang merindumu. ***