Operasi Madago Raya diperpanjang hingga Maret 2022 mendatang. Penegasan ini disampaikan Inspektur Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi, Penanggung Jawab Kendali Operasi saat Konferensi Pers Akhir Tahun di Kantor Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, di Jalan Soekarno – Hatta, Palu, Jumat, 31 Desember 2021.

“Operasi ini tetap dilaksanakan oleh satuan tugas gabungan TNI dan Polri. Polanya tetap sama, tapi kita tekankan soft approach,” kata mantan Komandan Korps Brimob Mabes Polri ini.

Adapun mereka yang masih diburu itu adalah, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, Alikhwarisman alias Askar alias Jafar alias Jaid alias Pak Guru, Hamzah alias Imam alias Galuh alias Nae dan Suhardin alias Hasan Pranata. Berikut ini foto dan identitas aslinya.

Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang

Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang

Ahmad Panjang bernama asli Ahmad Gazali. Ia juga punya nama alias Basir. Dari data kependudukan diketahui Ahmad lahir pada 26 April 1994. Diketahui, ia berasal dari Kayamanya, Poso Kota.

Ciri-ciri umumnya adalah berbadan kurus tinggi dengan tinggi badan sekitar 172 centimeter. Rambutnya pendek bergelombang, bermuka lonjong dengan bibir tebal.

BACA INI JUGA:  Irjen Pol Rudy Sufahriadi, Masuk 5 Besar Kapolda Terkaya

Orang tuanya dulunya bermukim di Kayamanya, Poso Kota, namun sekarang pindah dan menetap di Makassar, Sulawesi Selatan. Diketahui Ahmad sudah menikah.

Alikhwarisman alias Askar alias Jafar alias Jaid alias Pak Guru

Alikhwarisman alias Askar alias Jafar alias Jaid alias Pak Guru

Di daftar pencarian orang orang (DPO) yang dikeluarkan Detasemen 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Indonesia sejak 2014, tercatat seorang dengan nama Askar alias Jafar alias Jaid alias Pak Guru.

Siapa sebenarnya lelaki ini dan apa keahliannya? Dia terlahir dengan nama Alikhwarisman pada Kamis, 3 November 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Keluarganya sudah lama bermukim di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Ia kemudian menetap di Dompu. Sejak 2012, ia aktif di keanggotaan Jamaah Ansharut Tauhid setempat.

Pada November 2014, Askar alias Jaid alias Pak Guru alias Hamzah datang ke Poso, Sulawesi Tengah memenuhi undangan Santoso alias Waluyo alias Abu Wardah untuk melatih asykari di wilayah Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

BACA INI JUGA:  Rebut Posisi Puncak di Liga Paralayang Asia, Komite Paralayang FASI: Atlet Kita Kelas Dunia

Keahlian utamanya adalah meracik dan merakit bom. Keahlian itulah yang diajarkan pada asykari yang dipimpin oleh Santoso saat itu.

Karena itu pula kelompok ini selalu bisa memakai bom dalam serangan-serangan mereka. Bahkan ditengarai mereka masih menyimpan 49 bom lontong aktif.

Lelaki ini dikenal lincah bergerak di lapangan. Maklum tingginya hanya sekitar 155 centimeter. Rambutnya panjang berombak dan sering diikat. Wajahnya lonjong dengan hidung bulat kecil dan berbibir tebal.

Hamzah alias Imam alias Galuh alias Nae

Hamzah alias Imam alias Galuh alias Nae

Hamzah diketahui berasal dari Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia tercatat lahi di Dumu, 3 April 1992. Sejak 2012 ia sudah aktif menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid.

Dari penelusuran informasi jafarbuaisme.com, ia mulai bergabung mengikuti tadrib asykari yang digerakkan Santoso pada November 2014 di Tamanjeka, Poso Pesisir Utara.

Dia ke Poso karena diajak oleh Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo yang ditembak mati Satgas Madago Raya Sabtu, 17 Juli 2021 sekitar pukul 11.00 Waktu Indonesia Tengah di wilayah Wanasari, Desa Tolai Induk, Kecamatan Torue, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

BACA INI JUGA:  Ini 2 Menteri dan 3 Wakil Menteri Baru yang Dilantik Jokowi

Nae juga diduga terlibat dengan peledakan bom di Pondok Pesantren Umar bin Khattab di Sanolo, Bolo, Bima pada 11 Juli 2021.

Dari keterangan sejumlah kombatan yang ditangkap, ia dikenal ahli dalam navigasi darat. Ia juga bisa dikenali dari bekas luka tembak di bagian punggungnya.

Suhardin alias Hasan Pranata

Suhardin alias Hasan Pranata

Lelaki kelahiran 26 Februari 1985 ini diketahui sebelumnya bermukim di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia pernah ditangkap karena terlibat kerusuhan Mamasa, Sulbar pada 2004 dengan tuduhan kepemilikan Senjata Api.

Usai menjalani hukuman akibat Rusuh Mamasa, ia kemudian menetap di Moengko, Poso. Saat itu, ia mulai bergabung dengan kelompok Santoso alias Abu Wardah pada 2012, sampai kemudian mendeklarasikan Mujahiddin Indonesia Timur yang berbaiat pada ISIS. ***