Serombongan anak-anak muda berambut cepak dan berbadan tegap berkumpul bersama. Di antara mereka anak-anak belia berseragam putih abu-abu juga terlihat. Riuh rendah mereka. Jumat, 24 Juni 2022 pagi itu, mereka tengah berada di Museum Senjata Tradisional Guma di Jalan Hasanuddin I, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Kelompok anak muda itu ternyata adalah para anggota dari Batalyon 251 Wiratama Universitas Tadulako, Batalyon 252 Wirakarma Universitas Islam Negeri dan Batalyon 253 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya. Sedang para pelajar tadi berasal dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palu dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Palu.

Amara, Alumni Resimen Mahasiswa Antiradikalisme yang bekerjasama dengan dan Batalyon Resimen Mahasiswa se-Kota Palu mengajak para belia ini mengunjungi Museum yang didirikan oleh Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, MA semasa ia menjadi Danrem.

Beragam koleksi senjata tradisional khas Sulawesi Tengah semisal Guma, parang khas, Doke atau tombak bercagak satu dan tiga, serta Kaliavo atau tameng bisa dilihat di sana.

“Selama ini saya tidak tahu apa saja jenis senjata tradisional Sulawesi Tengah yang namanya Guma ini. Makanya dengan berkunjung ke sini saya bisa tahu sejarah Sulawesi Tengah. Dan ternyata kita punya banyak senjata tradisional. Apalagi saya ini bersuku Kaili, salah satu suku asli di Sulawesi Tengah,” aku Mohammad Raehan Rafianto, pelajar kelas 2, SMA Negeri 1 Palu.

Begitu pun kata Afifah, pelajar putri yang juga berasal dari SMA Negeri 1 Palu.

“Saya baru lihat sekarang model senjata tradisional khas Suku Kaili ini. Selama ini cuma baca dan lihat di buku,” kata dia.

Adapun para anggota Resimen Mahasiswa juga menyatakan hal serupa. Para ‘tentara mahasiswa' ini melihat Museum Senjata Tradisional Guma ini sebagai bagian dari memelihara semangat nasionalisme, selain sebagai cara untuk merawat peninggalan adat budaya dan tradisi.

“Tak cuma itu di sini kita pun dikenalkan dengan sosok Tadulako. Kita tadi sudah dibagikan buku Leluhur Sulawesi Tengah, Tadulako dari Mitos ke Realitas yang ditulis oleh , MA dan Tim Ekspedisi Tadulako. Membaca buku ini membuat kami makin paham sejarah leluhur kita,” sebut Salman Alfarizi, Komandan Satuan Resimen Mahasiswa Wirakarma Universitas Islam Negeri Datokarama, Palu.

Rahmansyah dari Madrasah Aliyah Negeri 2 Palu berkata senada. Dari buku itu ia bisa paham siapa sosok Tadulako dan senjata apa saja yang dikuasainya.

“Saya sebagai pelajar berterima kasih pada Kakak-kakak Menwa dari Jakarta dan Palu yang sudah mengundang kami datang ke Museum ini. Kami juga berterima kasih pada Korem 132 Tadulako yang sudah membangun museum ini. Ini membuat kami bisa lebih paham sejarah Sulawesi Tengah,” ujar Rahmansyah sembari memuji Mayjen TNI Farid Makruf dan Tim Ekspedisi Tadulako yang telah bersusah payah menulis buku Tadulako.

Berni Susanty dari Amara Jakarta dan mantan Komandan Satuan Resimen Mahasiswa Universitas Moestopo (Beragama) penggagas kegiatan ini mengaku puas dengan antuasiasme para Menwa dan para pelajar di Kota Palu.

“Selama rangkaian Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara yang diikuti Menwa dan Pelajar di Palu sejak Kamis – Jumat, 23 – 24 Juni 2022 semangat dan antuasiasme mereka tidak pernah kendor,” kata Berni.

Ia berharap, kegiatan serupa akan terus diduplikasi oleh para tokoh, alumni Menwa atau pihak perguruan tinggi di Sulawesi Tengah.

Untuk diketahui, Museum Senjata Tradisional Guma pengelolaannya di bawah Komando Resor Militer 132 Tadulako. Ini adalah salah satu museum bertema khusus di Indonesia Timur. Selain Museum Negeri Sulawesi Tengah dan Museum Daerah di Banggai. Museum ini dirikan pada 10 November 2021 dan diresmikan oleh Mayjen TNI Farid Makruf, semasa menjadi Danrem 132 Tadulako Palu. ***

Baca juga jafarbuaisme.com | khas dan bernas | di Google News