Perjuangan panjang keluarga dan sejumlah elemen masyarakat di Sulawesi Tengah berbuah manis. Tombolotutu atau Pua Darawati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD dalam siaran di kanal YouTube Kemenko Polhukam, Kamis (28/10/2021) menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan gelar pahlawan nasional di tahun 2021 kepada empat tokoh Indonesia.
Mahfud menyampaikan empat tokoh tersebut adalah Tombolotutu, dari Sulawesi Tengah, Sultan Haji Muhammad Idris, dari Kalimantan Timur), H. Usmar Ismail, tokoh perfilman nasional dari DKI Jakarta), dan Raden Arya Wangsa Kara dari Banten.
Keempatnya dipilih karena telah memenuhi syarat, seperti pernah berjuang hingga banyak melahirkan manfaat bagi kemajuan negara. Selain itu, kali ini Jokowi memutuskan empat tokoh tersebut dikarenakan untuk pemerataan kedaerahan.
Penetapan gelar pahlawan nasional tersebut sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 109/TK/2021 tentang penganugerahan pahlawan nasional.
Daftar keempat tokoh tersebut nantinya akan diserahkan kepada pihak Istana. Setelah itu gelar pahlawan nasional akan dianugerahkan secara resmi kepada keluarga empat tokoh tersebut di Istana Bogor.
“Kalau tidak berubah, persis pada Hari Pahlawan 10 November 2021,” ucapnya.
Seperti diketahui dalam buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini yang ditulis Lukman Nadjamuddin, dkk, jejak sejarah perjuangan Tombolotutu melawan Belanda dituliskan dengan gamblang. Sebelumnya, Eddy Rumambi, seorang pegawai pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah menulisnya dalam Arajang Moutong dan Perang Tombolotutu, 1898-1904.
Tony Tombolotutu, keturunan Tombolotutu di Palu menyambut baik penetapan ini. Ia mengatakan bahwa perjuangan penetapan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional akhirnya membuahkan hasil.
“Alhamdulillah. Terima kasih kepada masyarakat Sulawesi Tengah. Terima kasih kepada Presiden RI Joko Widodo atas penetapan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional,” tulisnya melalui Whatsapp.
Dalam sejumlah referensi, Tombolotutu diketahui wafat pada 17 Agustus 1901 dalam sebuah serangan Marsose, salah satu pasukan elit Belanda di Ulujarit, daerah antara Pantai Timur, Parigi Moutong dan Pantai Barat, Donggala. Adapula yang menyebutkan bahwa tokoh ini wafat pada 1904.
Ada pula sejumlah catatan sejarah yang menyebutkan bahwa Tombolotutu meninggal dalam damai di Kaleke, Dolo Barat, Sigi pada 1938. Di sana ada kuburan yang diyakini menjadi tempat peristirahatan terakhir pejuang itu. Ada pula tinggalan sepucuk keris yang diyakini milik Tombolotutu. Keris itulah yang menemaninya selama perang melawan penjajah Belanda.
Sejauh mana kebenaran kisah versi kedua itu, tunggu saja penelusurannya hanya di jafarbuaisme.com. Kisah ini akan tayang setelah peringatan Hari Pahlawan 10 November 2021. ***
Discussion about this post