Sebuah laporan intelijen beredar melalui kelompok percakapan Whatsapp di pengujung Mei 2021 lalu. Isinya adalah laporan kemunculan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur di bawah pimpinan Qatar alias Farel di lokasi pendulangan emas Paneki, Sigi. Seorang pendulang melaporkan kemunculan mereka.

Pendulang bernama Ainun Sujion memberikan keterangan awal kepada polisi terkait hal ini. Ia menuturkan pada 24 Mei 2021 sekitar 17.40 WITA, saat sedang mendulang di aliran Sungai Paneki, tiba-tiba ia didatangi oleh seseorang yang kemudian menurutnya bagian dari kelompok MIT. Ia kemudian diminta oleh orang itu menuju gubuknya sekitar 15 meter dari lokasi pendulangan.

Di gubuk tersebut, ia bertemu dengan empat orang lainnya. Mereka mengatakan bahwa sudah menghabiskan nasi yang dimasak oleh Ainun. Mereka memintanya untuk memasak dan membuatkan kopi. Saat itu, tutur pendulang ini, ia mendengar salah seorang memanggil salah satu di antara mereka dengan panggilang ‘Bang Anas’.

Dari pendalaman keterangan, Satuan Tugas Operasi Madago Raya melaporkan bahwa Ainun mengatakan selanjutnya pada 25 Mei 2021 sekitar pukul 06.00 WITA, kelima orang tersebut meminta di buatkan sarapan. Setelah selesai sarapan, Aihun diminta untuk meninggalkan gubuknya dan membawa semua peralatan yang digunakan untuk mendulang emas. Mereka membantu Ainun membawa perlengkapannya sebelum mereka meninggalkan lokasi itu.

Ainun juga menceritakan bahwa mereka membawa 10 kilogram berasnya, kopi, gula dan 10 bungkus rokok. Ia juga menyebutkan bahwa dua di antara mereka menggunakan sepatu knobol.

Benarkah kemunculan Qatar dan kelompoknya ini? Dari pendalaman diketahui bahwa tidak ada jejak knobol di lokasi maupun beberapa hal lainnya berdasar keterangan Ainun. Termasuk soal rokok, diketahui bahwa kelompok ini mengharamkan rokok.

Namun, apakah kemungkinan benar adanya kelompok penebar teror ini muncul di Paneki? Kemungkinan itu tetap ada. Dari pengolahan informasi kawasan memakai Google Maps diketahui jarak Manggalapi, Sigi di mana kelompok ini juga kerap muncul hanya sekitar 48,24 kilometer. Keterangan dari salah seorang sumber Jafarbuaisme.com menyebutkan bahwa jarak itu dapat ditempuh dua hari berjalan kaki. Bisa mengikuti jalur sungai, lereng maupun punggungan bukit melalui Manggalapi lalu ke Raranggonau atau Tompu dan turun di Paneki menyusuri Sungai Paneki.

Dengan menggunakan ArcGIS, perangkat lunak berbasis geographic information system — sistem informasi geografis — dapat dilihat bagaimana topografi kawasan itu lengkap dengan peta konturnya. Peta dibuat dalam skala 1 : 20.000. Dari pengolahan informasi kawasan itu dapat dilihat banyak area landai sepanjang Manggalapi hingga ke Paneki. Alur sungai juga terlihat dengan jelas. Itu tentu saja memudahkan pergerakan kelompok ini.

Ketinggian kawasan ini berkisar rata-rata antara 400 – 900 meter di atas permukaan laut. Bila mereka menghindari bertemu orang banyak, maka mereka tidak akan masuk ke permukikan warga Raranggonau.

Untuk diketahui, Raranggonau masuk dalam wilayah Desa Pombewe, Sigi. Jumlah penduduknya lebih dari 200-an jiwa atau sekitar 70-an keluarga. Masyarakat setempat bergantung hidup dari meramu rotan dan usaha pertanian. Penduduknya bersuku Kaili. Mereka menggunakan subdialek Ledo dan Ija.

Meski kemunculan kelompok penebar teroris ini pada pengujung Mei 2021 diragukan, namun bukan tak mungkin itu akan menjadi salah satu titik turun mereka. Tentu saja ini harus tetap menjadi perhatian Satgas Madago Raya. Apalagi jaraknya hanya sekitar 9 – 10 kilometer dari Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. ****