Sejauh mata memandang melewati ratusan hektare savanah hamparan memaku mata. Kita seakan terlempar jauh ke zaman purbakala. Kita ‘terjebak' di sana.

Aneka ragam kekayaan adat istiadat dan budaya membuat Indonesia sangat memesona. Belahan Bumi Nusantara punya kekhasan dan keunikan masing-masing. Tak terkecuali di Sulawesi Tengah. Salah satu yang sangat istimewa adalah warisan peradaban megalitikum di Lembah , Lore, Kabupaten .

Suatu waktu di awal Oktober 2017 silam, bersama dengan tim , presenter televisi tersohor, menyambangi warisan zaman purbakala itu di Pokekea, Lembah Besoa.

Tegakan arca dan kalamba juga dakon, sebagian tinggalan zaman prasejarah itu memukau hati Desi. Ada 3 yang tegak berdiri. Lalu ada 1 yang terbaring. Situs Pokekea didominasi oleh kalamba, berupa tong besar dari batu. Diameternya ada yang lebih dari 1 meter dengan tinggi lebih dari 2 meteran. Yang menarik hatinya adalah dakon yang diyakini menjadi almanak musim tanam atau kegiatan sosial kemasyarakatan di masa itu. Waktu ditandai dengan lubang-lubang kecil dan garis.

“Ini luar biasa. Sangat istimewa. Ini tidak akan kita temukan di daerah lain di Indonesia. Kita semua berharap ini tetap lestari,” kata Desi kepada Wakil Bupati Poso, Topo Syamsuri dan Juru Pelihara Situs Sunardi yang menemaninya di Pokekea.

Ihwal Sunardi, ia adalah juru pelihara situs purbakala ini. Dia adalah bagian dari 12 juru pelihara situs purbakala di Lembah Besoa. Sebanyak 8 orang di antara mereka adalah aparatur sipil negara dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sisanya adalah tenaga honorer. Sunardi yang masih honorer dibayar Rp1 juta sebulan. Sedang yang sudah menjadi ASN digaji sesuai golongan kepangkatannya. 

Menurut lelaki yang baru menginjak usia 40-an itu, menjadi juru pelihara adalah panggilan jiwa. Ia merasa warisan leluhurnya itu benda keramat yang harus terus dijaga. Tak terlalu risau ia dengan honorarium yang terlampau rendah. Meski ia berharap suatu waktu bisa terangkat menjadi ASN.

Saat diwawancarai Desi dengan semangat ia menyeritakan tidak kurang dari 500 tinggalan benda purbakala yang kini mereka rawat. 

“Yang terdata itu sejumlah limaratus benda purbakala. Ada beberapa lagi yang kami mulai konservasi namun belum teregistrasi. Kami perkirakan tinggalan ini lebih seribu buah,” kata Sunardi.

Dari pengamatan sejumlah arkeolog berdasarkan periodisasi sejarah, diperkirakan benda-benda purbakala ini berasal dari era 2.500 Sebelum Masehi atau bahkan lebih tua.

“Ini bisa saja berasal dari zaman di mana masyarakat belum mengenal budaya tulis menulis. Ini ditaksir bahkan lebih tua dari Candi Borobudur di Jawa Tengah. Ini warisan budaya yang luar biasa,” kata Wakil Bupati Topo Syamsuri.

Desi Anwar mengatakan peradaban megalitikum di Lembah Besoa itu bisa jadi bahkan lebih tua dari machu picchu, tinggalan peradaban Suku Inca di ketinggian 2.350 di atas permukaan laut di Peru.

Gubernur juga menyebut warisan ini sebagai anugerah Tuhan yang luar biasa pada Sulawesi Tengah.

Di Lembah Besoa, selain di Pokekea yang didominasi kalamba, ada pula arca Tadulako yang menyita perhatian. Lalu bila menyeberang ke Lembah Bada dalam hamparan yang berbatas rangkaian pegununungan, kita akan bertemu dengan Palindo. Tinggalan mengalit ini khas karena berdiri miring. Ia biasa dikenal juhq sebagai Patung Sepe.

Nah, bagi yang belum pernah menyambangi peradaban purbakala di Lembah Besoa dan Bada itu saatnya kini menambah daftar kunjungan Anda. Menyaksikan warisan peradaban megalitikum ini serasa mengantar kita merasakan secara batiniah majunya peradaban bangsa kita di zaman itu.