Satuan tugas Operasi Madago Raya berhasil mengendus lokasi persembunyian kelompok Mujahiddin Indonesia Timur di bawah pimpinan Qatar alias Farel di kawasan Manggalapi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Sejumlah barang bukti berupa bahan makanan, alat komunikasi dan fasilitas pendukung kelompok teroris ini diamankan.

Pasca kontak tembak antara Satuan Tugas Operasi Madago Raya dan kelompok MIT pada pada 22 juni 2021, Kapolda Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso dan Danrem 132 Tadulako Brigadir Jenderal Farid Makruf memimpin langsung penyisiran di lokasi persembunyian kelompok MIT itu. Duo Jenderal ini menyisir Manggalapi hingga Tagara di Sigi. Mereka menggunakan helikopter lalu jalan kaki.

“Jadi ada masyarakat mengetahui pencurian di ladangnya. Dia menemukan home base, pondok, lalu dia melapor ke pos terdekat. Mereka lalu mencari ke sana dengan aparat. Hampir tiga jam menuju lokasi itu. Di sana mereka sempat menemukan kelompok itu tengah beristirahat, namun sayangnya karena mereka di ketinggian, kami datang dari tempat rendah akhirnya mereka melihat kami dan kemudian lari meninggalkan barang-barangnya berupa hammock, ransel dan lain-lain,” beber Farid.

Tahukah Anda di mana Manggalapi? Dari informasi administrasi wilayah, diketahui Manggalapi masuk dalam kawasan Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Kawasan yang berada pada ketinggian 350 – 900 meter di atas permukaan laut ini dapat dicapai pula dengan berjalan kaki dan berkendara sepeda motor dari Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.

Dari Sausu Trans, lalu ke Salubanga, Parigi Moutong dan selanjutnya ke Manggalapi dalam garis lurus berjarak sekitar 17,90 kilometer. Jalur sepeda motor termasuk lumayan. Diteruskan dengan berjalan kaki melewati sungai dan semak-semak serta kumpulan hutan sekunder dan tersier. Salubanga dikenal karena pernah menjadi sasaran penambang emas tradisional.

Bagi para pemukim asli wilayah itu dapat ditempuh sehari penuh dari jalur Trans Sulawesi di Sausu. Bila sungai-sungai yang dilewati banjir itu akan memakan waktu dua harian.

Sementara dari Palolo dapat ditempuh melalui jalur Lembantongoa dengan sepeda motor. Dari Lembantongoa berjarak sekitar 9,70 kilometer. Adapun Lembantongoa hanya berjarak sekitar 10,68 kilometer dari Desa Tongoa, Palolo, jalur utama Jalur Palu – Palolo. Jadi dengan perkiraan jarak tempuh, kita bisa mencapai Manggalapi dalam sehari penuh hingga dua hari bila menggunakan sepeda motor. Bila berjalan kaki tentu akan lebih lama lagi.

Manggalapi dihuni warga bersuku Kaili Ledo dan Da’a. Jumlah penduduknya lebih kurang 200 jiwa. Ada Dusun Tagara pula dalam kawasan ini, namun orang lebih mengenal Manggalapi. Pada Pemilu 2019, tercatat jumlah Daftar Pemilih Tetapnya sebanyak 124 orang. Rata-rata mereka bermata pencaharian petani. Mereka berkebun di dekat kawasan permukiman mereka hingga jarak 2 – 3 kilometer dari perkampungan. Mereka menanam padi sawah, umbi-umbian dan kakao.

Mengapa kelompok MIT pimpinan Qatar kemudian bersembunyi di sini? Diduga ini jalur teraman untuk suplai logistik mereka dari para simpatisan. Lagi pula banyaknya kebun warga tentu menjadi lumbung pangan mereka. Ubi jalar, ubi kayu, jagung dan tanaman sayuran lainnya akan memudahkan mereka survive di kawasan ini. Di beberapa tempat yang tutupan hutannya masih tergolong rapat, bila tidak hujan, tentu akan memudahkan mereka membangun homebase sementara.

Nah, pertanyaannya kemudian, apakah kawasan ini akan menjadi titik pelarian terakhir mereka sebelum Satuan Tugas Operasi Madago Raya memberangus mereka? Kita tunggu saja. ***

Baca berita terbaru jafarbuaisme.com di Google News.