Malam semakin larut, dan udara dingin di dalam gua terasa semakin menusuk. tidur nyenyak setelah kelelahan perjalanan, sementara Pak Herman berjaga-jaga di dekat pintu masuk gua. Cahaya bintang yang samar masuk melalui celah-celah batu, menciptakan bayangan yang bergerak lembut di dinding gua.

Namun, ketenangan malam itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, suara gemerisik di luar gua membangunkan Pak Herman. Dengan hati-hati, ia berdiri dan mendekat ke pintu gua, mencoba mencari tahu apa yang membuat suara itu.

Di luar gua, terdengar suara langkah kaki yang lembut dan hati-hati. Bayangan gelap bergerak cepat antara pepohonan, tampaknya sedang mencari sesuatu. Pak Herman memeriksa keadaan dengan cermat, mengamati gerakan tersebut dari tempat persembunyiannya di dekat pintu gua.

Ketika langkah kaki itu semakin mendekat, Pak Herman mengambil keputusan cepat. Ia membangunkan Empat Sekawan dengan lembut, “Bangun! Kita mungkin dalam bahaya. Sepertinya ada seseorang di luar yang sedang mencari kita.”

Empat sekawan segera terbangun, mata mereka terbelalak karena terkejut dan cemas. Mereka berdiri dan mulai bersiap, berusaha bergerak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Aria, suaranya penuh ketegangan.

“Kita harus tetap tenang dan bersiap menghadapi apa pun yang akan datang,” jawab Pak Herman. “Coba amati dari celah ini dan pastikan mereka tidak melihat kita.”

Mereka semua mendekat ke pintu gua dan mengintip keluar dengan hati-hati. Bayangan gelap itu tampak semakin mendekat, dan kini mereka bisa melihat bahwa sosok tersebut adalah seorang pria yang mengenakan pakaian gelap, dengan hood yang menutupi wajahnya. Sosok itu berhenti di depan gua dan memeriksa sekelilingnya.

“Ini adalah salah satu dari The Shadow Seekers,” bisik Lili, merasa takut. “Dia pasti mencari kita.”

Pak Herman mengangguk. “Kita harus membuat rencana. Jika kita bisa memanipulasi jejak mereka, kita bisa mengalihkan perhatian mereka dari gua ini.”

Nara memikirkan sesuatu. “Bagaimana jika kita meninggalkan tanda palsu di arah yang salah? Itu mungkin akan membingungkan mereka.”

Dengan cepat, mereka memutuskan untuk mencoba rencana itu. Bayu, Aria, dan Lili mulai membuat tanda-tanda di luar gua, menggunakan batu dan ranting untuk menunjukkan jejak yang seolah-olah menuju ke arah yang berbeda. Mereka berusaha membuat jejak tersebut terlihat nyata dan alami, berharap bisa mengelabui para pengejar.

Pak Herman berjaga di pintu gua, memantau setiap gerakan sosok yang berada di luar. Ketika jejak palsu telah siap, Pak Herman memberi isyarat kepada Empat Sekawan untuk segera bersembunyi lagi. “Sekarang kita harus bersabar dan menunggu,” katanya.

Di luar gua, sosok pria itu akhirnya mulai bergerak mengikuti jejak palsu yang telah mereka buat. Mereka bisa mendengar langkah kaki pria itu menjauh, dan bayangan gelap itu semakin menjauh dari pintu gua.

Setelah beberapa waktu, suara langkah kaki itu akhirnya menghilang dari pendengaran mereka. Mereka menunggu beberapa menit lagi untuk memastikan bahwa bahaya benar-benar berlalu sebelum mereka keluar dari gua.

“Apakah kita aman sekarang?” tanya Aria, suaranya masih bergetar.

“Sepertinya begitu,” jawab Pak Herman. “Kita harus segera melanjutkan perjalanan dan mencari tempat yang lebih aman. Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama.”

Mereka meninggalkan gua dan kembali ke jalur pendakian. Dengan hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak Gunung Keramat. Malam yang gelap menyelimuti mereka, tetapi tekad mereka untuk melanjutkan pencarian tetap kuat.

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya mencapai puncak gunung. Di sana, mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang tampaknya telah lama ditinggalkan, namun cukup aman untuk mereka beristirahat. Mereka membuat tempat tidur darurat dan mencoba untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pencarian mereka keesokan harinya.

Saat fajar mulai menyingsing, mereka terbangun dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. Mereka melihat peta dan memeriksa lokasi-lokasi yang mungkin menunjukkan tempat perpustakaan kuno yang mereka cari.

Pak Herman memeriksa simbol yang mencurigakan di peta. “Kita harus menuju ke arah ini,” katanya sambil menunjuk pada simbol tersebut. “Menurut catatan Profesor Darmawan, tempat ini mungkin merupakan lokasi yang kita cari.”

Empat sekawan dan Pak Herman melanjutkan perjalanan mereka dengan penuh semangat, menuju ke arah yang ditunjukkan di peta. Mereka tahu bahwa bahaya mungkin masih mengintai, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti. Kunci Kehidupan dan keselamatan Profesor Darmawan berada di tangan mereka.

Bersambung ke Empat Sekawan dan The Shadow Seekers (13): Pencarian ke Perpustakaan Kuno.