Fajar yang lembut memecah keheningan pagi di puncak Gunung Keramat. Empat Sekawan, bersama Pak Herman, memulai hari mereka dengan semangat baru. Peta yang mereka pegang menunjukkan jalur menuju tempat yang mungkin menjadi lokasi perpustakaan kuno. Mereka telah beristirahat sejenak di ceruk kecil di puncak gunung dan sekarang siap untuk melanjutkan perjalanan.
“Mari kita periksa peta dan rute kita,” kata Pak Herman sambil membuka peta yang telah membantunya sejauh ini. “Kita perlu mengikuti tanda-tanda dan simbol yang ada di sini.”
Aria memeriksa peta dengan cermat. “Menurut peta, kita harus mengikuti jalur menuju hutan lebat di sisi timur. Ada sebuah simbol yang menunjukkan kemungkinan adanya reruntuhan di sana.”
“Kalau begitu, kita harus hati-hati,” kata Lili. “Hutan lebat bisa jadi tempat yang penuh dengan rintangan dan mungkin juga bahaya.”
Mereka mulai turun dari puncak gunung, mengikuti jejak yang ada di peta. Seiring mereka bergerak, vegetasi menjadi semakin lebat dan jalan semakin menanjak. Mereka harus menavigasi jalur yang sempit dan penuh dengan akar pohon yang menjuntai.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di batas hutan lebat yang tertera di peta. Suasana di dalam hutan ini tampak misterius dan menenangkan pada saat yang sama. Cahaya matahari hanya sedikit menembus kanopi pohon, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak di tanah.
Pak Herman memimpin, membuka jalan dengan hati-hati. Mereka harus sering berhenti untuk memastikan arah yang benar dan menjaga agar tidak kehilangan jejak. Saat mereka berjalan lebih dalam, mereka mulai melihat petunjuk-petunjuk kecil seperti struktur batuan yang tidak biasa dan ukiran-ukiran kuno di pohon-pohon.
“Tunggu sebentar,” kata Bayu saat ia melihat sesuatu di tanah. “Ini terlihat seperti petunjuk.”
Dia menunjuk pada beberapa batu yang tersusun dalam pola yang tampaknya membentuk tanda arah. “Mungkin ini adalah bagian dari jalur menuju perpustakaan.”
Pak Herman memeriksa tanda-tanda tersebut dengan cermat. “Ya, ini bisa jadi petunjuk. Kita harus mengikuti arah ini dengan hati-hati.”
Mereka terus mengikuti petunjuk tersebut, sampai akhirnya mereka tiba di sebuah area yang terbuka dengan reruntuhan yang tertutup oleh lumut dan tanaman liar. Beberapa struktur batu tampaknya berdiri kokoh meskipun telah lama ditinggalkan.
“Ini dia!” seru Nara, suaranya penuh kegembiraan. “Ini pasti tempat yang disebut di peta!”
Mereka dengan hati-hati memasuki area reruntuhan, memeriksa setiap sudut. Di tengah reruntuhan, mereka menemukan sebuah pintu batu besar yang tampaknya telah lama terkubur di bawah tanaman. Terdapat ukiran-ukiran kuno yang menghiasi pintu tersebut, dengan simbol-simbol yang menyerupai yang ada di peta.
“Ini tampaknya adalah pintu masuk ke perpustakaan,” kata Pak Herman sambil memeriksa ukiran tersebut. “Kita perlu mencari cara untuk membukanya.”
Aria dan Bayu memeriksa sekitar pintu dan menemukan beberapa mekanisme kuno yang tersembunyi di antara ukiran. Setelah beberapa percobaan, mereka berhasil menemukan kunci tersembunyi di dalam mekanisme tersebut.
Dengan usaha keras, mereka akhirnya berhasil membuka pintu batu. Pintu tersebut terbuka dengan suara berderit, mengungkapkan sebuah lorong gelap di dalamnya.
“Mari kita masuk dan lihat apa yang ada di dalam,” kata Pak Herman. “Tetapi kita harus tetap berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang mungkin menunggu kita di dalam.”
Mereka melangkah masuk ke lorong gelap tersebut, membawa lampu senter dan alat penerangan lainnya. Lorong itu panjang dan berkelok-kelok, dipenuhi dengan ukiran dan gambar-gambar kuno yang menceritakan kisah-kisah zaman dahulu.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan rak-rak buku kuno dan gulungan. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja besar dengan sebuah buku besar terbuka di atasnya.
“Ini dia,” kata Pak Herman dengan kagum. “Perpustakaan kuno ini adalah tempat yang telah lama hilang dari pengetahuan kita.”
Mereka mulai memeriksa buku-buku dan gulungan, mencari informasi yang mungkin berkaitan dengan Kunci Kehidupan dan cara untuk mengamankannya. Setelah beberapa saat, mereka menemukan sebuah gulungan yang menjelaskan tentang kekuatan dan cara menggunakan kunci tersebut.
“Ini sangat penting,” kata Aria, membaca dengan seksama. “Gulungan ini menjelaskan bagaimana kunci bisa digunakan untuk mengakses kekuatan besar dan cara untuk mencegah penyalahgunaannya.”
Sementara mereka meneliti lebih dalam, mereka tidak menyadari bahwa beberapa langkah di luar ruangan mulai mendekat. Bayangan-bayangan gelap kembali muncul di pintu masuk perpustakaan, dan suara langkah kaki yang berat mulai terdengar.
The Shadow Seekers telah menemukan jejak mereka lagi, dan bahaya yang mengancam semakin dekat. Empat Sekawan dan Pak Herman harus segera membuat keputusan cepat untuk melindungi penemuan mereka dan memastikan Kunci Kehidupan tetap aman.
Bersambung ke Bagian 14: Pertarungan di Perpustakaan Kuno dan Kunci Kehidupan yang Tersembunyi.