Di dalam rumah Profesor Darmawan, duduk di ruang tamu yang penuh dengan buku-buku tebal dan peta-peta kuno tergantung di dinding. Udara di dalam ruangan itu terasa hangat, tetapi suasana tegang.

“Jadi, kalian menemukan situs megalit kuno di Gunung Keramat,” ujar sambil mendengarkan kisah mereka dengan seksama. “Dan kalian menemukan benda ini…,” tambahnya, sambil menerima peti perunggu dari tangan Bayu dan melihat artefak emas di dalamnya dengan mata yang berkilauan.

“Ya, Profesor,” jawab Aria. “Kami tidak tahu persis apa artinya, tetapi lelaki tua yang kami temui di dalam gua mengatakan bahwa ini adalah kunci menuju pengetahuan kuno yang bisa membawa kebaikan atau kehancuran.”

Profesor Darmawan mengangguk sambil memeriksa artefak itu dengan cermat. “Kalian benar sekali untuk khawatir. Artefak ini adalah kunci rahasia besar. Benda ini dikenal sebagai ‘Kunci Kehidupan', yang menurut legenda, bisa membuka jalan ke perpustakaan kuno yang tersembunyi di suatu tempat di gunung. Perpustakaan ini dikatakan menyimpan pengetahuan yang hilang sejak zaman kuno, termasuk ramuan yang bisa menyembuhkan penyakit yang tidak ada obatnya, serta teknologi yang bisa mengubah dunia.”

Empat sekawan saling memandang dengan terkejut. “Jadi, ini benar-benar penting,” kata Lili dengan suara bergetar. “Tapi siapa yang menginginkan artefak ini, dan mengapa mereka mengejar kami?”

Profesor Darmawan meletakkan artefak itu di atas meja dan menarik napas dalam-dalam. “Ada organisasi gelap yang telah mencari ‘Kunci Kehidupan' selama bertahun-tahun. Mereka disebut ‘'. Mereka ingin mendapatkan pengetahuan itu untuk kekuasaan dan keuntungan mereka sendiri. Jika mereka mendapatkan kunci ini, mereka bisa menggunakan pengetahuan itu untuk tujuan yang sangat berbahaya.”

“Jadi, kita tidak hanya harus melindungi kunci ini,” kata Nara, “tetapi juga memastikan bahwa ‘The Shadow Seekers' tidak menemukannya.”

Profesor Darmawan mengangguk lagi. “Benar. Dan untuk itu, kita harus menyembunyikan kunci ini di tempat yang aman, di mana mereka tidak akan bisa menemukannya. Kita harus menyusun rencana dengan hati-hati. Namun, ada satu hal lagi yang perlu kalian ketahui…”

Keheningan memenuhi ruangan saat Profesor Darmawan melanjutkan. “Ada sebuah legenda lain yang mengatakan bahwa kunci ini tidak hanya membuka pintu perpustakaan kuno, tetapi juga bisa membuka portal ke dunia lain — dunia yang telah lama dilupakan manusia.”

Mata empat sekawan melebar. “Portal ke dunia lain?” tanya Bayu dengan nada tidak percaya. “Apakah itu benar?”

“Tidak ada yang tahu pasti,” jawab Profesor Darmawan. “Tapi banyak catatan kuno yang menyebutkan dunia paralel, tempat manusia kuno berkomunikasi dengan entitas dari dimensi lain. Mungkin, jika digunakan dengan benar, kunci ini bisa mengungkapkan lebih banyak dari yang kita bayangkan.”

Lili menggigit bibirnya, merasa khawatir. “Tapi jika ‘The Shadow Seekers' mendapatkan kunci ini dan menemukan cara untuk membuka portal itu… Apa yang akan terjadi?”

“Mereka bisa membawa sesuatu yang berbahaya ke dunia kita, atau mereka sendiri bisa pergi ke tempat yang tidak diketahui, membawa kekacauan,” jelas Profesor Darmawan. “Kita harus menemukan lokasi perpustakaan kuno itu terlebih dahulu, dan mengamankan kunci sebelum mereka menemukan kita.”

Aria mengangguk, merasa lebih bersemangat dari sebelumnya. “Baiklah, Profesor. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?”

Profesor Darmawan berdiri dan membuka salah satu buku tebal yang tergeletak di meja. “Aku akan mencari tahu lebih banyak tentang lokasi perpustakaan ini. Sementara itu, kalian harus tetap di sini. Rumah ini aman, tapi kita harus berhati-hati.”

Tiba-tiba, terdengar suara keras dari luar. Pintu depan bergetar hebat, seakan ada yang mencoba memaksa masuk.

“Mereka datang!” seru Bayu.

Profesor Darmawan segera menutup buku itu dan berlari menuju sebuah rak di sudut ruangan. “Cepat, ikut aku!” katanya. Ia menekan sebuah tombol rahasia di belakang rak, dan rak itu perlahan bergerak, membuka pintu ke ruang bawah tanah tersembunyi.

“Masuklah ke sini!” perintahnya dengan nada mendesak. “Ini adalah ruang persembunyian. Kalian akan aman di sini untuk sementara. Aku akan mencoba menahan mereka.”

Empat sekawan segera masuk ke ruang bawah tanah yang gelap, dan pintu tertutup kembali di belakang mereka. Mereka mendengar suara-suara dari atas, suara pintu terbuka paksa dan langkah kaki yang berat.

“Apakah kita aman di sini?” bisik Lili.

“Selama mereka tidak menemukan pintu rahasia itu, kita akan baik-baik saja,” jawab Nara.

Di atas, mereka bisa mendengar suara Profesor Darmawan yang berbicara dengan nada keras dan tegas, mencoba mengalihkan perhatian para pencari bayangan. Tapi kemudian terdengar suara teriakan marah dan suara kaca pecah.

“Mereka menemukan Profesor!” bisik Aria dengan cemas.

“Dan mungkin kita adalah harapan terakhir untuk menyelamatkan kunci ini dan menghentikan mereka,” kata Bayu dengan wajah tegang.

Di dalam ruangan gelap itu, empat sekawan tahu bahwa pertarungan belum selesai. Di luar, bahaya semakin dekat. Tapi mereka tidak akan mundur. Mereka tahu, mereka harus melanjutkan petualangan ini untuk melindungi kunci dan mengungkap rahasia besar yang terpendam di Gunung Keramat.

Bersambung ke Bagian 9: Empat Sekawan dan The Shadow Seekers (8) Pelarian dari Kejaran Bayangan.