Bila tiada aral melintang lagi, Pemilihan Kepala Daerah serentak akan dihelat pada 9 Desember 2020. Total daerah yang akan melaksanakan pilkada 2020 sebanyak 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Dan Kota Palu adalah salah satunya.
Di Kota Palu, sejauh ini tercatat empat pasang bakal calon walikota dan wakil walikota yang sudah menggelar ‘formasi perang’.
Mereka adalah Hadianto Rasyid yang berpasangan dengan dr. Renny Lamadjido. Mereka diusung Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Kebangkitan Bangsa. Lalu pasangan Aristan- Wahyuddin yang diusung Partai Nasional Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Setelahnya Imelda Liliana Muhidin yang berduet dengan Arena Parampasi. Mereka jagoan Partai Golkar dan Partai Gerindra.
Kemudian Hidayat yang berpasangan dengan Habsa Yanti Ponulele. Ada PDI Perjuangan dan Partai Demokrat serta Perindo ditambah Partai Amanat Nasional di belakang mereka.
Menarik memperbincangkan pasangan Hidayat – Habsa. Pasalnya, Hidayat adalah petahana. Sedangkan bagi Habsa, ini adalah kali ketiga ia maju dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Palu. Perolehan suara Habsa cukup signigfikan.
Pertanyaannya, mampukah Hidayat – Habsa memenangkan pertarungan dan memimpin Kota Palu lima tahun mendatang? Mengingat ketiga pasangan lainnya tentu sudah menyiapkan strategi tempurnya masing-masing.
Coba kita simak dulu profil Hidayat – Habsa. Dimulai dari Hidayat. Lahir di Palu, Sulawesi Tengah, 16 Januari 1963. Ia adalah Wali Kota Palu, periode 2016-2021. Hidayat bersama Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu berhasil memenangkan pilkada Palu 9 Desember 2015 dengan menggaet suara sebesar 54.893 suara atau 36,81 persen dari total Pemilih 238.280 orang kala itu. Mereka didukung Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa. Saat itu ada empat pasangan yang berlaga.
Hidayat bukanlah politisi. Ia birokrat karir. Pernah menjadi Camat Palu Selatan pada 2002 – 2005. Pada 2006 – 2008, ia menjadi Kepala Badan Kepegawaian Daerah Sulawesi Tengah. Ketika daerah otonomi baru, Kabupaten Sigi dimekarkan dari Donggala, ia menjadi Penjabat Bupati pada 2009 – 2010.
Usai itu, ia menjadi Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Daerah Sulawesi Tengah.
Artinya, melihat jenjang karirnya itu, ia adalah birokrat mumpuni. Ia memulai dari jabatan paling bawah hingga ke pucuk pimpinan. Rata-rata jabatannya berurusan dengan sumber daya manusia. Tentu saja itu bekal yang lebih dari cukup untuk menjadi pimpinan daerah dan sudah dibuktikannya pada periode lima tahun ini.
Bagaimana pula dengan Habsa Yanti Ponulele? Sebetulnya Habsa hanyalah seorang perempuan biasa, ibu rumah tangga pendamping suami. Suaminya Irman Yasin Limpo seorang birokrat di Makassar, Sulawesi Selatan. Suaminya adalah adik dari mantan Gubernur Sulawesi Selatan dan kini Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo.
Namun perempuan kelahiran Manado, 20 September 1970 itu bukan orang tanpa ‘akar kecambah’. Ia putri sulung Ir. Yahya Ponulele dan Dra. Roslina Amu. Bapaknya adalah salah seorang tokoh penting dalam proses pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah.
Yahya Ponulele semasa hidupnya pernah menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah. Pembentukan Universitas Tadulako, tidak lepas dari peran serta Yahya Ponulele bersama sejumlah tokoh. Semasa hidupnya, Yahya Ponulele berobsesi besar bagaimana memajukan Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam menjalankan tugas, kepada kolega dan para yuniornya, Yahya selalu meminta mereka tak lelah melakukan pengabdian terbaik kepada masyarakat sekecil apapun peran yang dipercayakan.
Nilai-nilai itulah yang ditanamkan Yahya pada anak sulungnya, Habsa Yanti Ponulele.
Sementara Roslina Amu, ibunya, selalu menjadi pendorong utama anak-anaknya dalam berkarir. Salah seorang tokoh perempuan di Palu itu, adalah pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako.
“Keberanian saya untuk maju mencalonkan diri dalam kontestasi ini semata panggilan hati untuk mengabdi di tanah kelahiran saya ini. Saya ingin, bersama Pak Hidayat menjadikan Kota Palu yang sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Terbukanya lapangan kerja yang banyak, peningkatan pendidikan dengan cara gratis dan lainnya,” sebut Habsa.
Bicara latar belakang pendidikan, Habsa adalah luaran Teknik Sipil dan Pascasarjana Manajemen Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Sekarang saatnya, ia mewujudkan praktik ilmunya untuk membangun Kota Palu bersama Hidayat bila kelak memenangkan pemilihan kepala daerah ini. Semoga. ***