Aparat Satuan Tugas Madago Raya kembali menembak mati seorang anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur pimpinan Qatar alias Farel alias Anas, Sabtu, 17 Juli 2021 sekitar pukul 11.00 Waktu Indonesia Tengah di wilayah Wanasari, Desa Tolai Induk, Kecamatan Torue, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Dari identifikasi awal diketahui anggota kelompok sipil bersenjata Poso yang ditembak ini adalah Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo. Usianya ditaksir sekitar 27 tahunan. Ia telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang Detasemen Khusus 88 Antiteror sejak 2015.
“Benar bahwa tadi siang, sekitar pukul 11.30 WITA telah terjadi kontak tembak di Pegunungan Wanasari, Tolai Induk, Kecamatan Torue yang mengakibatkan satu orang DPO tewas. Dari olah TKP didapatkan barang bukti, satu buah revolver, satu buah bom lontong dan parang serta barang-barang lain,” ungkap AKBP Bronto Budiyono, Wakasatgas Humas Madago Raya.
Untuk diketahui, jenazahnya sudah dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Sulteng pukul 17.45 WITA.
“Jenazah sudah diidentifikasi oleh tim DVI dan Inafis Direktorat Reserse Dan Kriminal Umum, Polda Sulteng. Dari identififikasi awal diketahui bahwa DPO yang tertembak adalah B alias AA alias A,” kata Bronto
Siapa sebenarnya lelaki yang dalam foto terakhirnya berambut gondrong ini? Dari informasi yang ada, ia berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid sejak 2012.
Dialah yang mengajak Na’e alias Galuh untuk ke Poso bergabung dengan asykari yang dipimpin oleh Santoso alias Waluyo alias Abu Wardah. Nae sendiri diduga terlibat dengan peledakan bom di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima 11 Juli 2011.
Saat itu, Nae bersama tiga orang kawan lainnya yang juga kemudian bergabung dengan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur dijemput oleh keluarga kembali ke kampung, namun mereka kemudian lari.
Keluarga baru tahu setelah salah seorang narapidana teroris asal Bima yang ditahan Jakarta memberitahu pihak keluarga. Dari narapidana teroris itulah keluarga juga tahu bahwa mereka ke Poso bersama Abu Alim. Sejak saat itu, baik Abu Alim maupun Nae beserta tiga teman lainnya tak pernah menghubungi keluarga.
Dengan tertembaknya Abu Alim, kekuatan kelompok sipil bersenjata ini makin melemah. Pasokan logistik dan senjata yang tak memadai membuat mereka tak bisa lagi bergerak jauh.
Sejak 22 Juni 2021 mereka hanya bergerak di kawasan Manggalapi, Sigi, lalu 7 Juli 2021 di kawasan Tanalanto, Parigi Moutong hingga tertembaknya dua anggota kelompok ini pada 11 Juli 2021, lalu kini, 17 Juli 2021, giliran Abu Alim yang diterjang timah panas personel Satgas Madago Raya.
Olehnya, Komandan Korem 132 Tadulako, yang juga Wadan Satgas Madago Raya, Brigjen TNI Farid Makruf, meminta DPO yang tersisa segera menyerahkan diri.
“Akan lebih baik mereka yang masih bersembunyi itu untuk turun dan menyerahkan diri. Kita jamin, mereka tidak akan diapa-apakan. Tidak akan dikerjai. Kita akan bawa mereka ke hadapan hukum untuk diadili dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ketimbang bertemu dengan Satgas di lapangan dan ditembak mati,” hemat Farid.
Namun, akankah sisa-sisa anggota kelompok ini menyerah? Kita tunggu saja kabar baiknya. ***