Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Parigi Moutong mencatat kurang lebih 1.772 ekor babi ternak mati akibat terserang penyakit di wilayah Torue, Balinggi, Sausu.
Hal itu dipastikan Kepala Bidang Produksi dan Pembibitan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Wayan Purna saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP), di ruang rapat DPRD Parimo, Senin (29/5/2023).
“Itu yang masuk laporannya ke kami sebanyak 1.772 ekor mati. Kemudian, ada peternak yang jual dengan cara potong paksa, daginnya dibekukan lalu dijual. Dan itu jumlahnya kurang lebih 17 ribu ekor,” ungkap I Wayan Purna.
Diakuinya, hingga saat pihaknya belum bisa memastikan jenis virus apa yang menyerang babi tersebut hingga mati, apa virus African Swine Fever (ASF) atau Classical Swine Fever (CSF).
“Belum bisa kami pastikan virus apa yang menyerang babi saat ini. Karena, sampai saat ini hasil uji sampel di Laboratorium Balai Besar Veteriner atau BBVet Maros Sulawesi Selatan belum keluar,” aku dia.
Dijelaskannya, dua penyakit babi yang mewabah saat ini adalah sama. Hanya saja yang membedakan adalah angka tingkat kematian. ASF yakni, penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen.
Menurutnya, virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.
Sedangkan, CSF yang juga dikenal dengan kolera babi ini merupakan penyakit virus yang sangat menular. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Dia mengatakan, ini sudah tentu menimbulkan keresahan di masyarakat, sebab ada bangkai babi ditemukan di sungai maupun laut di wilayah itu.
“Diperkirakan ini terjadi pada awal bulan April 2023. Laporanya juga terlambat masuk ke kami di Dinas,” ujarnya.
Padahal, kata dia, di setiap kecamatan pihaknya sudah menempatkan petugas kesehatan hewan untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat peternak.
Dia menambahkan, kasus banyaknya babi mati di daerah itu masih terus dipantau sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Veteriner Maros. (asw)