Satuan Tugas Operasi Madago Raya memastikan bahwa sisa anggota kelompok teroris Poso yang kini terus diburu tinggal enam orang. Mereka dalam keadaan terdesak dan kekurangan bahan makanan. Untuk kian mempersempit pergerakan mereka patroli penyisiran dan penyekatan kian digencarkan.
Pada pekan ini, Satgas Madago Raya menyisir wilayah Parigi Moutong hingga Sigi, Sulawesi Tengah. Patroli digelar menggunakan kendaraan taktis dan menyisir hutan dengan berjalan kaki melewati lokasi-lokasi yang dipastikan menjadi lokasi perlintasan kelompok ini.
Satgas telah mengidentifikasi wilayah Sausu, Tanah Merah, Salubose, Metangi hingga ke Salubanga di wilayah Parigi Moutong lalu Tagara dan Manggalapi di wilayah Kabupaten Sigi adalah jalur perlintasan dan logistik kelompok teroris Poso. Di wilayah-wilayah itu sejumlah warga telah menjadi korban serangan mereka sejak 2015.
Olehnya, Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir JenderalTNI Farid Makruf didampingi Komandan Batalyon 714 Sintuvu Maroso, Kolonel Infanteri Constantinus Rusmanto dan sejumlah perwira intelijen memimpin langsung patroli gabungan TNI dan Polri. Patroli ini melintasi wilayah Parigi Moutong hingga Sigi.
Patroli dilakukan dengan kendaraan taktis dan berjalan kaki menyesuaikan dengan situasi jalan/ dan kerawanan keamaan jalur tersebut. Jalur ke Manggalapi selain rawan keamanan, kondisinya juga berlumpur dan berbatu serta harus menyeberangi sungai-sungai besar dan kecil.
Yang menarik, sepanjang jalan, Satgas membagikan bendera merah putih dan bahan makanan kepada warga yang dilintasi patroli. Rata-rata, warga di jalur patroli ini bermata pencaharian sebagai petani.
Nah, bila di sisi kanan kiri jalur sudah dipasangi bendera merah putih, berarti kawasan itu sudah dikuasai Satgas. Apabila belum dinyatakan sebagai daerah abu-abu. Daerah itulah yang menjadi sasaran patroli.
“Kami, Kapolda dan Danrem secara rutin melakukan patroli. Kami masuk ke wilayah-wilayah perlintasan atau menjadi persinggahan kelompok teroris Poso. Ini untuk mempersempit ruang gerak mereka,” kata Farid.
Menurutnya, strategi untuk memasang pos-pos pengamana daerah rawan di beberapa wilayah yang sering didatangi kelompok ini berjalan efektif.
“Sekarang ini, mereka makin terkurung dan ruang gerak mereka makin sempit. Kami akan terus melanjutkan strategi ini. Kami berharap dengan patroli berkesinambungan dan saling menutup, kami yakin akan mendapatkan mereka,” ungkapnya.
“Saya sangat yakin, apalagi dengan kerjasama yang baik, ditambah dukungan masyarakat yang makin berani melaporkan keberadaan para teroris itu, kami yakin akan segera melumpuhkan mereka,” kata Kapolda Sulteng Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, senada.
Adapun, Yafet, tetua masyarakat Manggalapi memastikan bahwa mereka mendukung operasi Satgas Madago Raya.
“Kami merasa aman dengan adanya Operasi Madago Raya. Kami masyarakat bersemangat mendukung Satgas untuk melumpuhkan mereka yang saat ini terus diburu,” aku dia.
Berdasar penuturan Yafet, diketahui, kawasan Manggalapi mulai dihuni oleh suku asli sejak 1940-an. Sementara dari catatan administrasi Pemerintah Kabupaten Sigi, wilayah ini tercatat sebagai permukiman sejak 1971.
Wilayah ini ditempati oleh suku asli kaili, kemudian Suku Seko dari Sulawesi Barat dan Toraja dari Sulawesi Selatan. Manggalapi adalah wilayah perbatasan antara Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi. Jumlah pemukimnya kurang lebih 150 orang.
Satgas mendirikan Pos Kejar di sini, sejak 2020 lalu setelah menerima laporan-laporan kemunculan kelompok teroris Poso yang intens di wilayah ini. ***